Hasil kerja keras kami saat libur 17 Agustus kemaren berhasil membuahkan sesuatu yang agak nasionalis jika saat pulang kantor kami menggunakan jasa tukang ojek.
Apa itu?
Saat mendekati mess, saya akan berkata.."Berhenti di depan situ Pak ya, rumah yang pagar Merah Putih..!" Iya pagarnya kami cat warna Merah Putih.
Dan kali ini saya sedang ingin bercerita tentang ulah-ulah kami jika sedang (niat) jalan kaki dari kantor menuju mess. 45-50 menit.
Sebelum berangkat, kita update status dulu...
Berangkat dari kantor...
Langsung memotong jalan, melewati taman jalan (yang saat ini sedang diperbaiki). Menyeberang lagi sambil berhati-hati terhadap pengendara yang ceroboh. Ceroboh karena memanfaatkan jalan satu jalur menjadi dua jalur karena lebih dekat. Ok, selesai menyeberang, maka kisah yang beginipun dimulai:
Jika ada cewek yang kami definisikan cewek cantik, naik motor, maka mungkin kepala kami akan bergerak beriringan mengikuti arah dan laju motor itu. Dengan mata yang terfokus kepada sipengendara (cewek yang didefinisikan cantik, red), dan jika sudah dekat, dan ternyata cewek itu melirik ke kami, maka spontan dan hampir serempak kepala kami akan bergerak cepat memandang kedepan, kearah jalan yang kami tuju.
Dan melewati lapangan Stadion Samador sambil sesekali mengomentari para penonton yang memasang tangga ke tembok Stadion biar bisa memanjat untuk menonton. Atau bahkan sesekali cekikian jika berhasil melihat anak-anak yang menungging, supaya mata mereka berhasil memandang kedalam stadion melalui celah pintu gerbang yang bagian bawahnya ada celah. kami menyebutnya... Doggy Watching. Sayangnya waktu itu kami tak bawa kamera. Dan buat apa juga di foo, cukup untuk membuat kami tertawa saja.
Atau kalo lagi tidak ada even di Stadion Samador, sesekali kami juga melewati anak-anak yang maen bola di lapangan di luar stadion. Senyumnya terlihat cerah dengan giginya yang putih-putih. Ah, anak-anak Maumere memang kalo tersenyum kelihatan ceria.... Kontras dengan keadaan bermain bola di lapangan yang kaya batu kecil-kecil, tanpa bersepatu.
Melewati stadion samador, menyeberang jalan lagi, sambil tetap memperhatikan para pengguna jalan raya lainnya, sapa tahu ada pemandangan segar lagi. Untungnya sih jarang, gak kebayang kan kalo sampe koran besok ada headline news berbunyi... "Dua orang pria tewas tertabrak", dan di isi beritanya salah satu paragrafnya menyebutkan, "...di duga karena melongo memperhatikan pengendara cewek,..."
Dan sambil menyusuri jalan raya, berpapasan dengan orang-orang yang berlalu lalang. Tak jarang ada anak-anak kecil yang cukup memancing saya untuk menggodanya. Sekedar mengelud-elus rambutnya yang kriwul. Sambil tersenyum, atau lebih parah, kadang melet-melet.. :P
Menyebrang lagi, menyeberangi jalan raya dua jalur. Kadang bisa santai menyeberang, kadang harus berlari. Jika saya duluan sampai diseberang, saya bakal menonton teman-teman yang lain menyeberang, lucu aja melihat mereka tertawa-tawa beradu cepat dengan mobil yang sesekali doyan menggoda penyeberang itu. Aih... hahahah...
Melewati penjual gorengan, sesekali kami membelinya. Mencomotnya dan memaknnya sambil jalan. Yah, namanya juga lagi kepingin...
Melewati warung nasi gorng dimana kejadian dipostingan yang
ini (klik kanan, open new tab) :P, pernah terjadi, sembari sesekali tertawa mngenangnya...
Melewati warung padang, sesekali kami juga membelinya jika merasa bakal malas keluar sehabis mandi nanti untuk membeli makanan.
Dan melewati jembatan yang hanya bisa dilalui satu baris orang jika tidak rela ditabrak angkot-angkot yang melaju kencang kejar setoran. Nah, kalo dah seperti ini, saat saya berada di depan barisan (ciee), saya suka iseng memasang wajah kaku sampai sesaat bakal bertabrakan dengan barisan dari arah yang berlawanan. Saat orang di depan bakal mengalah, spontan saya juga ikut mengalah... Dan tertawalah kami...
Melewati kantor BRI, yang (kalo anda sedang beruntung) bakal masih berpapasan dengan pegawai wanita (ehmm) yang menunggu jemputan. Bisa dibedakan kok menunggu jemputan dan menunggu ojek. Dan bisa dipastikan 3 menit berikutnya kami akan berkomentar tentang wanita cantik itu. Aihh, harap maklum, kami para pejalan kaki ini semua pria....
Berbelok kekiri, dan langsung menyeberang memotong jalan kekanan, melewati pasar. Bisa dipastikan, musik ala Maumere (saya suka, mirip-mirip sama irama lagu batak), akan mengalun elok. Dan jika tidak tahan akan keelokan iramanya, bisa-bisa kami bakal ikut bergoyang sampai ke ujung, kepintu gerbang pasar.
Dan belok ke kiri lagi, melewati hotel Benggoan, mungkin itu hotel yang dimaksud oleh salah satu komentator di postingan saya seblumnya.
Pensil Warna. Melewati para pedagang yang mempersiapkan dagangannya untuk malam ini. Pedagang Soto Ayam, Sate Soto Kambing, Mie Ayam, martabak, Terang Bulan, Keripik Singkong, Nasi dan Mie goreng, dan masih banyak lagi...
Menyeberang dan langsung berbelok ke kanan, melewati apotik yang sembari melewatinya kami bakal menoleh kedalam. Bukan melihat obat-obatannya, tapi melirik siapa yang sedang menjaga apotik.
Lanjut berjalan, melewati warung bakso pertama kali di Maumere.
Lanjut sampai ke perempatan, belok kekiri, jalan sedikit lagi, sampailah kita di mess, berpagar Merah Putih.
Eits... masih ada satu jalur lagi...
Dari kantor BRI, jika di depan kami kebetulan ada cewek berjalan lurus, kami yang seharusnya (atau biasanya) berbelok ke kiri bakal ikutan lurus. Jalan terus, melewati jalan yang pinggirnya sejuk ditumbuhi banyak pohon. Sampai keperempatan, berbelok kekiri melewati patung Teka Iku.
Patung Teka Iku
Jaln terus Melewati Roxy Swalalayan, temoat terjadinya
Tragedi Kolor Gratis itu. Dan menyeberang, sambil berhati-hati terhadap pengendara yang keluar dari parkiran Roxy. Jaln terus, sampailah di mess, berpagar Merah Putih.
Sampai di Mess, tidak lupa lihat komen update status di fesbok...