Tambrauw menjadi kabupaten selanjutnya yang saya kunjungi di wilayah Sorong ini. Hari selasa kemarin kami berangkat kesana berempat termasuk Pak Sopir yang disewa sekalian dengan mobilnya. Selalu ada yang pertama kali untuk segalanya. Dan inilah kali pertama saya berkunjung ke Tambrauw ini.. Agak-agak excited sebenarnya meski saya sudah membayangkan perjalanan yang agak menantang ini. Jackpot sudah menghantui saya.. hahaha
Berangkat sekitar jam 9.30 pagi dari Kota Sorong menelusuri jalanan menuju Makbon dan kemudian menyusuri jalanan dipesisir pantai diatas kepala burung. Setelah di puncak Makbon, kami berhenti sebentar memandang hamparan Pantai Makbon. Foto-foto kemudian melanjutkan perjalanan. Panasnya minta ampun kawan...
|
Pantai Makbon |
|
Pantai Makbon |
|
Jalanan berikutnya yang harus ditempuh persis setelah kami naik dari Pantai Makbon |
Perjalanan menuju Tambrauw ini sebenarnya sangat menarik. Hutan lebat di kanan jalan, hamparan pantai yang tertutup pepohonan di kiri. Melewati puluhan jembatan, mulai dari yang baru dibangun dengan beton, aspal, dan rangka baja, sampai dengan yang baru terbuat dari kayu-kayu. Ada yang kayunya sudah lepas beberapa, hingga sebelum melewatinya kami harus turun kemudian membetulkan posisi papannya. Bahkan ada juga jembatan yang jadi pemandangan bagus. Tidak bisa dilewati lagi, karena mungkin sudah lama rusak hingga sisa-sisanya menggantung dikerubuti rambatan tanaman-tanaman. Melewatinya kami harus melalui jalan dipinggirnya... Sadap...
|
Salah satu jembatan rusak yang kami lewati. |
Kurang lebih setelah menempuh 4 jam perjalanan, akhirnya kami tiba di wilayah Sausapor, yang menjadi Ibu Kota Kabupaten Tambrauw ini. Sebelum memasuki pemukiman penduduk dan wilayah perkantoran yang kami tuju, kami berbelok mampir dulu di Kali Jodoh. Kemudian menikmati santap siang yang kami bawa dari Sorong. Sungai, siang-siang, lapar dan nasi bungkus memang padanan yang nikmat. Setelah menikmati air Kali Jodoh, walaupun sekedar cuci muka dan membasahi rambut, kami pun menggelar terpal dan makan. Saya sendiri memilih duduk tanpa terpal.. Sehabis makan, mengaso sebentar sambil ngobrol-ngobrol, kami kemudian membereskan sampah dan terpal kami dan melanjutkan perjalanan. Setidaknya dari sekian banyak orang, saya dan teman-teman sudah termasuk orang yang pernah makan di pinggir Kali Jodoh.. :D. Kali Jodoh yang di Papua Barat ya neng... :P
|
Kali Jodoh. Entah kenapa dinamakan demikian kami tidak tahu, pak supir tidak tahu, masyarakat yang saya tanya juga tidak tahu. Saya coba googling yang nemu malah,... Akh, sudahlah... |
Tak berapa lama akhirnya kami sampai di Pusat Kabupaten Tambrauw, Sausapor. Meski saya bilang pusat kabupatennya, jangan bayangkan ramainya bisa dibandingkan dengan Kota Sorong. Jalanannya masih terbuat dari beton cor, bukan aspal. Sejauh mata memandang tidak ada rumah mewah disini...
Setelah bos saya mampir sholat, kami menuju kantor Dispenda, menyelesaikan keperluan disana, kemudian kami diajak keliling-keliling Tambrauw.
|
Pantai Sausapor. Kami tidak sampai menyeberang ke pulau-pulau tersebut. Kedua pulau yang nampak di horizon pantai itu namanya Pulau Dua. Yang kiri dinamakan Amsterdam (Meossu), ikannya mantap. Kalau yang dikanan banyak bangkai-bangkai pesawat tempur dan tank-tank Amerika. |
Niat awal sebenarnya berharap melihat sunset yang bagus disini. Teman kami yang beberapa bulan lalu kesini membawa hasil foto sunset yang cukup bagus. Namun kali ini kami kurang beruntung. Kalau dalam bungkus-bungkus makanan kecil atau tutup botol minuman ringan, biasanya dapat tulisan.. "Coba lagi..!"
|
Pantai Sausapor |
|
Pantai Sausapor. Sampai maksimal kami menunggu, mendung menutupi Sang Senja dari Sausapor. |
Kemudian kami beranjak dari sana, menuju pantai daerah pemukiman penduduk. Malah agak lebih lumayan disini.
|
Pantai Sausapor |
|
A man, radio, and sunset... |
|
Kenapa moto matahri Pak? Foto saya sa(ja) sudah.. |
|
Ya sudah, sini kamu saya fotoin... |
|
Lho, kok malah pergi.. Ko bagaimana ini? |
Setelah ngobrol-ngobrol dan foto-foto, kamipun diantar ke mess dispenda untuk diinapkan disana. Sejak awal kami sudah tahu disini tidak ada hotel, namun dalam perjalanan menuju mess dispenda, sembari mobil melaju Pak Kadis menunjukkan sudah ada penginapan di Sausapor itu, bukan hotel tapi penginapan.. Tidak kami tanya tarifnya berapa..
Sampai di mess dispenda, lampu masih mati. Untungnya tak lama kemudian petugas mess datang untuk menyalakan genset. Aman.. :). Kamipun beres-beres, mandi dan keluar makan. Jam 8 pas kami keluar mencari makan, warung-warung sebagian besar sudah pada tutup, yang buka sudah kehabisan nasi, tinggal bakso. Jadilah kami makan malam bakso di Tambrauw hari itu. Anda sudah pernah makan bakso di Tambrauw? Kami sudah... :P
Malam melarut, Tambrauw menyepi, kami terlelap. Pagi-pagi kami bangun siap-siap berangkat menuju Kantor Dispenda lagi, sekalian beres-beres barang karena kami akan langsung pulang dari sana menuju Sorong...
Jam 12 siang kami sudah dipelabuhan, masuk kapal KM Ave Maria dengan tiket Rp. 100.000/org, jika ingin menikmati kamar VIP bisa nambah fulus Rp. 300.000/org dengan kapasitas 2 orang per kamar. Tapi jangan bayangkan kamar yang wah walaupun memang itu namanya VIP room.. :)
|
Penampakan Pelabuhan Sausapor, Tambrauw |
Tak berapa lama kapal mulai angkat jangkar, oleng-oleng dan perut saya muali merasakan kenikmatan. Saya yang seumur-umur belum pernah mabuk laut, bahkan pusing naik kapal saja belum pernah, terpaksa harus menyerah kali ini. Tidak tanggung-tanggung, tiga kali saya jackpot kawan. Tiga kali... Saya malu menyematkan gelar bandit menjadi nama tengah saya.. Kacaulah... :D. Tawa-tawa penumpang yang lain terdengar mambahana, entah itu menertawakan saya yang muntah-muntah atau tidak saya tidak peduli lagi. Saya duduk dibagian kapal yang persis depan nakhoda, berusaha menikmati oleng-olengnya kapal. Ga kuat, saya berlari menuju pinggiran kapal, jackpot lagi... Saya kemudian menutuskan duduk dipinggiran kapal saja, untung panas terik tak menyengat tubuh saya yang berbalut jaket gunung dan jeans ini. Merasa ga tahan duduk terus saya rebahan di tempat duduk pinggiran kapal sambil berpegangan pada pegangan yang ada dipinggiran kapal. Merasa nyaman dengan posisi rebahan itu, saya kemudian gak bangun-bangun lagi, sesekali saya coba duduk, perut saya langsung menari-nari... Oalah... *rebahan lagi... Akhirnya meninggalkan jejak juga dilautan, tidak hanya didaratan seperti biasanya... :D
Berjam-jam saya rebahan, menysukuri perjalanan kali ini. Sesekali mengecek hape, siapa tahu sinyal sudah ada. Jarang-jarang saya bisa menyampaikan ungkapan cinta buat si Ross dari atas kapal...*perut menari-nari lagi,.. Saya memasukkan hape ke jaket saya, mengkancingnya dan rebahan lagi...
Akhirnya perjalanan menunjukkan hasilnya, deru mesin kapal, aroma laut dan bau minyak bermuara ke Pelabuhan Sorong. Disambut sang senja yang juga buram tertutupi awan.. Masih sempat foto-foto sebentar setelah agak lama menanti hilangnya embun dari lensa kamera yang saya taruh pas dekat hembusan AC... My bad...
|
18.30 WIT, tiba di Sorong setelah melaut 6 jam 30 menitan.. Ini pemandangan sembari menunggu kapal bersandar di dermaga |
Resmi sudah tinggal Kabupaten Maybrat yang belum saya singgahi di wilayah Sorong ini. Dan tinggal dari kabupaten itu juga belum kusampaikan kata-kata cintaku padamu Ross. Mungkin suatu saat, mungkin juga tidak, tapi saya tetap cinta padamu, lebih panjang dari perjalanan menuju daerah-daerah di Papua ini, lebih luas dari wialyah-wilayah kabupaten di Sorong ini, lebih cinta dari sebelum-sebelumnya, dan yang paling jelas, lebih noraktis dari biasanya... Ha ha ha...