Tanjung, #Maumere, Snorkling, Bintang Laut

Pantai Tanjung, dipandang dari pinggir jalan raya.

Dalam banyak hal, termasuk berwisata, atau berjalan-jalan itu memang sangat bagus bila didukung oleh skill, peralatan, pengetahuan, kemauan dan hal-hal lainnya. Gak kebayang khan menikmati alam bawah laut kalo gak bisa diving, menikmati buku menarik tapi gak bisa baca, menikmati ombak t=besar tapi tak bisa surfing, dan lain-lain. Itulah makanya saya ingin sekali bisa diving. *liat kocek.. *melas

Dan juga tentang peralatan, bisa snorkling tapi gak punya snorkle dll, bisa diving tapi tak punya alat-alat diving. *dan sekedar tips buat orang miskin seperti saya, pinjem punya teman. Hahahaha. Setidaknya itulah yang saya terapkan waktu ke Pantai Tanjung kemarin. Untungnya bapak yang minjemin baik hati... *asyeekk...!

Saya dan alat pinjeman. Gratis..! :D


Saya (tetep) dengan alat-alat pinjeman...!

Dan postingan kali ini adalah tentang hari Sabtu 27 November 2010 kemaren, kami snorkling ke Pantai Tanjung. Sebenarnya sudah beberapa kali kami ke pantai ini, dan saya sendiri sudah beberapa kali snorkling di pantai ini. Salah satunya di postingan ini. Tapi waktu snorkling kali ini acaranya lebih seru. Ada bakar-bakar ikan, lebih rame, dan dapat bintang laut.

Bakar-bakar ikan

Nemu bintang laut.


Birunya bintang laut ini pasti mbikin mupeng si ito Violet.

Kami ke Pantai Tanjung berangkat sekitar jam 10 an pagi, kemudian sampai di tempat yang ditempuh kira-kira 25 menit saja. Kemudian bakar-bakar ikan yang dibawa dari hasil membeli dipasar. (kalimatnyaaa..!). Makan dan snorkling. *urusan perut lebih penting Kawan...!

Ya sudah, snorklinglah saya dan teman-teman. Semakin jauh semakin bagus saja... Berenang kesana kemari mencari sesuatu yang indah. Terumbu karangnya sendiri cukup lumayanlah, ke arah pantai yang sebelah kanan, agak ketengah. Banyak ikan dan karangnya lebih beragam. Lanjut snorkling eh... sesuatu yang indah, biru dan keren tertangkap mata saya. Bintang Laut. Saya ambil dengan menyelam sedikit, dan bawa ke pinggir, fotoan dan balik lagi ke pantai, mengembalikan Bintang Lautnya. *berani megang bintang lautnya karena saya tahu dia gak menggigit.

Dan foto-foto terumbu karangnya, memang tak sekelas terumbu karang bagus lainnya, tapi foto-foto ini belum mewakili semua yang ada di Pantai Tanjung itu. Indah..!

Terumbu 1


Terumbu 2

Dan tentang jalan-jalan kali ini, saya sangat berterimakasih buat semuanya...! :-) Mungkin ini kegiatan snorkling terakhir saya di #Maumere untuk beberapa waktu (tahun) ke depan, tapi ini juga salah satu jalan-jalan paling menyenangkan dan menggembirakan selama di #Maumere. Saya pasti merindukan saat-saat seperti ini...! *ambil tissue...

Selengkapnya:

Pantai Waiblama, Pruda

Masih kelanjutan dari perjalanan di postingan sebelumnya, dari Nangahale kemudian kami bablas melanjutkan perjalanan ke Pantai Pruda, Desa Waiblama, Kecamatan Pruda. Dari Nangahale bertolak ke arah selatan, menempuh perjalanan kurang lebih satu jam, menikmati jalanan yang kondisi aspalnya sudah cukup bagus. Seperti jalan di bukit pada umumnya, perjalanan ini sangat mengasyikkan, turunan menikung, tanjakan menikung, hutan-hutan di pinggir jalan, hijau, jurang yang asyiknya malah memberikan kesempatan bagi kami untuk memandang lautan dari bukit. Indah.

Tak mau melewatkan udara sejuk selama diperjalanan, sesekali kami membuka kaca mobil. Serasa sedang tidak di Maumere. Biasanya di kota Maumere kami selalu disuguhi hawa yang cukup panas, jadi kalau sudah jalan-jalan ke bukit begini rasanya menyejukkan. Aihh...! *memejamkan mata... *Iya, saya berniat kawan-kawan jadi mupeng...

Ini baru pertama kalinya kami kesini, jadi kami belum tahu lokasi pastinya, jalan satu-satunya adalah dengan menanyakan kepada warga sekitar yang kami temui. Dan kami sempat melewatkan jalan masuknya. Selain karena belum tahu lokasi pastinya, jalan masuknya juga tertutupi oleh pohon tumbang. Kamipun kembali ke lokasi yang menurut kami adalah yang dimaksudkan oleh penduduk tadi. Berjalan keluar dari mobil, tapi tidak mendengar deburan ombak. Awalnya saya disuruh salah satu atasan memanjat pohon kelapa, supaya bisa melihat dari atas. Namun karena saya pikir beliau bercanda, jadi saya urungkan....

Dan kamipun menelusuri jalanan yang sebenarnya sudah pernah dilalui mobil itu, tampak pada bekas ban-ban mobil yang melintas. Semenit, dua menit.... lima menit, tujuh menit... deru ombak mulai terdengar...

"Woooiiii.... arah kesiniiii..... Ombak sudah terdengaarrrrrrr....!" teriak kami bergantian. Entah sekedar gaya-gayaan, atau sedang akting, sama saja.

Dan kamipun sampai.

Foto 1

Foto 2

Foto 3

Foto 4

Saya kemudian berjalan ke pantainya, menggodain serombongan anak-anak kecil yang baru saja bermain-main di pantai. Saya pura-pura mau mengejar mereka, dan mereka semburat berlarian tertawa-tawa. Dan saya ikutan tertawa.

Pasir dipinggir pantainya terasa panas. Sangat panas hingga saya tak tahan berdiri agak lama tanpa sandal. Namun lama-kelamaan mulai terbiasa, sayapun membenamkan kaki saya kedalam pasir panas itu. Panasnya pasir menjalar ke tubuh melalui telapak kaki, menjalar menjadi hangat. Dan NIKMAT...! *tetep ingin membuat kawan-kawan mupeng.

Dan kemudian kami juga foto-foto. Pastinya...

Foto 5: *Tidak sedang terobsesi jadi superman..!

Foto 6: Ini baru seperman (lbh tepatnya superboy) wannabe..
Pas kalilah bajunya itu..!
*Sudah dapat ijin dari objek foto untuk dipajang disini.

Cape foto-foto dan loncat-loncat, haus terasa...
Dan salah satu atasan kami ngobrol dengan salah satu penduduk, mungkin nelayan yang kebetulan berada dipanatai itu bersama beberapa penduduk setempat.
"ADa kelapa muda tidak..?"
"Ada Pak, bisa kami ambil...!"
"Berapa satu...!"
"Kasih saja sudah Pak, berapa saja...!" dan beliaunya langsung ngajak salah satu temannya naik motor. Pulang-pulang membawa 11 kelapa muda lengkap dengan pisaunya. Mantap.

Mak jang.. Enak kalilah...!

Dan jalan-jalan seperti ini selalu berhasil membuat saya merasa bersyukur datang ke Maumere ini. Walaupun sebentar lagi akan meninggalkannya.

Ah... Tuhan,
keagungan ciptaan-MU tiada terduga...
Selalu..

*Foto merupakan foto yang diambil dengan menggunakan kamera dan hape teman.
*Pingin beli kamera DSLR ..
*Ngintip dompet.. Kosong.. Ahhh....

Selengkapnya:

Nangahale: Sebuah Perumahan Pemukiman Kembali

Karena cuma sebentar di Gua Jepang di Maumere di postingan sebelumnya, dan matahari masih condong kearah timur, kami kemudian memutuskan untuk menlanjutkan perjalanan ke Pantai Pruda. Kurang lebih 2 jam perjalanan jauhnya dari lokasi Gua Jepang itu. Namun berhubung jam sholat sudah dekat, kami mampir dulu di sebuah masjid di desa Nangahale, sekitar 45 menit dari Gua Jepang.

Desa ini merupakan sebuah desa yang dibangun sebagai pemukiman kembali bagi masyarakat dari Pulau Babi. Dibangun tahun 1993 setelah kampung mereka dilanda tsunami tahun 1992.

Sambil menunggu teman0teman yang sholat dan sehabis mencomot 4 gorengan yang dijual oleh salah seorang warga, sayapun berkeliling sebentar di desa itu.

Salah satu gubuk penduduk, tempat mengolah garam

Dan sedikit lega, ternyata angkot Maumere sampai ke sini juga.


Lapangan Volley yang bermultifungsi jadi tempat penjemuran ikan

Saya dan salah satu teman rombongan kemudian masuk kesalah satu gubuk itu, melihat ibu-ibu yang duduk-duduk menyulut rokok, sambil dipijiti oleh (mungkin) anak atau ponakannya. Menunggu garamnya matang. Lho? Iya, disini mereka memasak air lautnya hingga mengkristal jadi garam. Kemudian kami ngobrol-ngobrol dengan mereka. Katanya air laut itu dimasak kurang lebih 3 jam.

Dan semoga yang tertulis di papan peringatan itu tidak lagi terjadi.

Demikianlah sedikit kisah perjalanan kami ke Nangahale sebelum menuju ke Pantai Pruda. Selidik punya selidik ternyata dari desa inilah kebanyakan para turis, baik dalam negeri maupun mancanegara, bertolak jika ingin menuju ke Pangabatang. Tidak harus dari dusun Blatat, Darat Pantai seperti yang selama ini kami lakukan. Malah katanya sudah menjadi spesialisasi penduduk setempat untuk mengantarkan para wisatawan kesana.

Sebagai penutup:

"Semoga kesederhanaan penduduk setempat yang tergambar di foto-foto itu (setidaknya sedikit) memampukan kita untuk mensyukuri apa yang sudah ada dihadapan kita, mensyukurinya dengan memiliki sikap hidup yang lebih baik.... karena saya juga menemukan senyuman di desa itu...!"

Selengkapnya:

Gua Jepang, Nangaliwung - Maumere

Ternyata dulu Jepang sampai juga di Maumere. Salah satu bukti peninggalannya adalah Gua Jepang yang terletak di Desa Nangaliwung, Maumere, NTT. Sekitar 35 menit berkendara dari pusat kota Maumere. Dinamakan Gua Jepang karena gua ini memang dibuat oleh Jepang jaman dulu. Kemarin hari Sabtu, 06 Oktober 2010 kami berkunjung kesana. Hanya saja tak banyak informasi yang bisa kami korek dari penduduk setempat. Ketika kami bertanya kepada salah satu warga, bagaimana sejarahnya Jepang di Maumere ini sampai membangun gua disini, beliau hanya menjawab.. "Aiii... tidak tahu banyak e... kita juga masih kecil e..!"

Lokasinya tidak jauh dari belakang Kantor Desa Nangalimung. Setelah memarkir kendaraan di halaman Kantor Desa Nangalimung, kemudian meminjam toiletnya (ini penting, siapa tahu pembaca ada yang berniat berkunjung dan takut kebelet gtu..!), dan bertanya kemana arah lokasi Gua Jepang tersebut kamipun beranjak menuju lokasi yang ditunjuk.

Suasanya hijau, segar, sejuk dan segar...! *segarnya sengaja dua kali kok. Siapa tahu temen-temen jadi pingin ke Maumere. Setidaknya khan saya seneng bisa membuat orang jadi pengen ke Maumere. . Apalagi rela merogoh koceknya untuk datang kesini...

Ini rombongan kami. Minus tukang fotonya.
Untungnya tukang fotonya bukan saya...

Guanya sendiri ada dua yang kami kunjungi, kami tidak tahu pasti masih ada gua yang lain apa tidak. Nah, gua yang pertama ini panjangnya kurang lebih 10 meter. (*gak membawa alat ukur). Tembus dari ujung satu ke ujung lainnya. Di dalamnya, di sebelah kiri gua terdapat tiga kamar yang saling terpisah tak berapa jauh. Dua agak besar dan satunya lebih kecil. Dan tak ada perabotan apapun yang kami temukan disana. kayak piring bekas, perhiasan bekas atau apalah.. Hanya menemukan seekor (mirip) tokek. *Padahal dah ngarep ada prangko jaman dulu gitu, atau koin jaman dulu gitu.. Khan lumayan itu... *Ingat koleksi perangko dari Jepang yang gak nambah-nambah

Pintu masuk gua pertama.
Tentunya sebelum masuk harus foto dulu.
Siapa tahu di dalam jadi berubah bentuk jadi Ultraman. *plak
Jadi ada dokumentasi sebelum perubahan. *plak lagi
Dan untungnya gak ada perubahan saudara-saudara..! *plak, gak jadi

Awalnya dari gua pertama kami sudah mau beranjak pulang, tapi sama Pak Alexis, penduduk setempat menunjukkan kami gua yang kedua. Dan gua kedua ini kecil, dan tidak tembus jadi kami tidak masuk, hanya melihat dari luar saja.

Saya berfoto disitu bukan untuk narsis lho,
Tapi mau menunjukkan seberapa besar ukuran gua itu
dengan saya sebagai pembanding. *ehm

Lahan disekitar gua dimanfaatkan warga untuk ladang. Jagung, pohon lontar (sebagai tanaman penghasil Moke, sejenis minuman keras khas dari Maumere), dan tanaman lainnya.

Pohon Lontar yang banyak tumbuh di sekitar gua



Nah ini biar ga ada yang protes berkata:
"Lho, kamu kok gak fotoan sama pohon lontarnya?"

Senanglah wiken kemaren melihat yang hijau-hijau. Apalagi petualangan ini belum selesai sampai disini...

Selengkapnya:

Hatiku, rumah buatmu...!

Saya itu sering mikir-mikir buat ngesemeses sesuatu yang romantis , atau lucu buat seseorang. Terutama buat si Ross. Entah itu pas makan, pas minum, mau tidur, jalan-jalan, dan lain sebagainya. Apalagi pas lagi mau mandi, beol dan sejenisnya. Biasanya saat itu saya sangat berkonsentrasi untuk mikir yang lucu-lucu. Beneran...! Saking konsentrasninya mikir, seringkali saya mengoleskan sampo ke wajah, sabun muka ke rambut... dan ini beneran. Percaya gak percaya.. memang beneran sering terjadi...! Habis itu saya jadi ngakak sendiri. Hasilnya: Hal lucu-lucu yang saya pikirkan tadi sirna.

Tadi pagi pas gelap-gelapan mandi di kamar mandi. (Dari tadi malam listrik mati di tempat saya karena ada kontainer melaju di jalan depan tempat kami, menyenggol kabel PLN, dan kabel PLN nya soak, terdengar ledakan diatas seng tempat kami, spontan saya teriak-terika.. "Woiii woii metuuu metuuu...!" menyuruh teman saya supaya keluar rumah. Bunyi ledakan kecil yang cukup menggetarkan jantung itu disertai dengan rontoknya beberapa cabang Pohon Sena. Pohon yang dulu saya posting disini. Dan sore itu hingga tadi malam mati listrik di tempat saya. Ini yang menyebabkan saya terpaksa bangun jam lima lebih sedikit dan langsung mandi, karena khawatir kehabisan air dan terpaksa mandi di kantor). Dan itulah di kegelapan pagi itu saya memikirkan sesuatu yang lucu buat nge semeses si Ross. Yang terpikirkan: "Sayang, kau bagaikan bunga yang sedang mekar. Cantik...!" Sampai disitu gak ada yang lucu. Hanya saja kemudian saya mikir-mikir nanti balasannya gimana? "Bah... Jadi kau pikir aku ini cuma bunga mawar? Bunga yang sebentar saja bakal layuuuu?" Matek lah...! Macam mana pulak kebayang bunga mawar pas di kamar mandi? Iya, skarena aya ngelihat ada bungkus sabun mandi bergambar bunga. Ya sudah, karena keduluan pikiran saya bakal di jawab seperti itu, ya gak jadi nge semeses...!

Dan pernah juga pas ngeliat rumah mewah di Maumere. Di Maumere juga ada lho rumah mewah. Saya terpikir buat nge semeses begini: "Sayang, aku tak menabung uang banyak untuk membangun rumah yang mewah buat kita nanti. Aku hanya melatih hati ini supaya semakin hari semakin nyaman kau tempati kelak..!" Dan bibir saya mencuat membayangkan jika di jawab seperti ini: "Heeee? Mana bisa aku tidur di hatimu.. Disitu khan gak ada selimut.. gak ada anti nyamuk.. Males...!" Matek maning...! Gak jadi lagi meng semeses...!

Dilain kesempatan, saya pernah kesebuah toko meubel. Mau beli meja komputer, soalnya kalau tiduran mulu mainan laptop sakit bener di punggung. saya tawar-menawarlah dengan penjualnya. Tawar-menawar? Emang bandit bisa nawar? Iya bisalah, beberapa perantau, termasuk saya punya prinsip begini: "Demi pengiritan dan penghematan biaya perantauan, segala sesuatu yang mau dibeli itu harus ditawar, sekalipun itu sempak...!" <----tolong jangan mbayangin saya lagi nawar sempak sama mbak-mbak penjual sempak ya.. apalagi ikut-ikutan praktek nawar sempak...! Jangan tanya kenapa..!

Okeh balik ke waktu mau beli meja komputer itu. Keliling-keliling di toko itu saya melihat sebuah sofa yang menurut saya bagus. Kemudian saya duduk disitu. Bersandar. Agak lama. Menoleh ke kiri. Membayangkan si Ross ada disitu, kemudian menampar pipi saya sambil bilang "Woiii, sadar,... kau masih di Maumere...!" Dan saya terbangun dan terinspirasi buat meng semeses si Ross: "Sayang, mungkin nanti di rumah kita tak ada sofa yang empuk dan nyaman buatmu. Tapi aku melatih hatiku, supaya kau selalu nyaman didekatku...!" Dan tentu saja gak jadi ngirim karena mungkin akan di balas begini: "Bahhh... jauh-jauhlah kau dariku... Masak kalau ada tamu datang gak ada tempat duduk...?" Matek melululah...!

Dan dengan postingan ini kukirimkan sepenggal puisi buatmu, Ross..!

Hatiku, rumah buatmu...!

Bukan, bukan kemewahan yang kuidam-idamkan...
Tapi kesederhanaan. Saling mencintai dalam kesederhanaan

Bukan, bukan kekayaan yang kuberikan padamu,
supaya kamu bisa mendapatkan apa saja yang kamu mau.
Tapi hati, hati yang kaya akan kasih sayang,
karena cuma itu yang kumiliki.

Bukan, bukan pekarangan yang rindang yang kusiapkan untukmu,
supaya kamu selalu teduh bermain-main dengan anak-anak kita kelak.
Tapi hati, hati yang selalu akan menyambutmu dengan senyum,
Dan semoga senyuman itu cukup meneduhkan hatimu

Ah...
Jika memang hatiku sudah jadi rumah yang nyaman buatmu,
Jaga dan rawatlah itu...!
Aku mau pergi merantau lagi,
Mau melatih hatiku
Untuk jadi tempat yang lebih baik buatmu...!

Selengkapnya:

Oppung Togap dan Tusuk Gigi

Masih sekitar sebulan lebih sedikit lagi hingga saya ngekos di Jakarta.

Saya sedang ingat sebuah cerita humor yang diceritakan salah satu atasan saya di kantor. Ini cerita tentang orang kampung masuk desa. Biar sesuai dengan beberapa postingan di blog saya, ceritanya saya adaptasi dengan pelaku: Oppung Togap.


Jadi begini ceritanya...
Ketika Oppung Togap masih di Bandung, di rumah puterinya si Rukmini, datanglah salah satu family dekat mereka mengundang Oppung Togap ini makan malam. Berhubung ada kesibukan lain, Rukmini, suaminya dan si Togap tidak bisa menemani si Oppung. Ada acaranya retreat gereja selama empat hari ke depannya. Jadilah Oppung Togap ke acara makan malam itu sendirian. Sebelum berangkat si Oppung bingung nanti model acaranya bagaimana.

"Sudahlah Mak, nanti paling makan malam di restoran itu. Di meja makan. Makannya pake seondok, kek mana nanti dibuat orang itu makan kek gitu Mak bikin. Yang orang itu makan, itu jugalah Mak makan...!" begitu pesan si Rukmini supaya si Oppung ini tidak khawatir.

Okelah, tiba hari-h nya, keluarga yang mengundang inipun menjemput Oppung Togap. Makan malam di salah satu restoran terkemuka di kalangan orang Batak itu. Makan malam, kemudian ngobrol ngalor ngidul kesana kemiri eh kemari. Dan acarapun selesai...

Nah, beberapa hari kemudian, acara retreat gereja pun selesai. Rukmini sekeluarga sudah pulang. Pas lagi santai-santai di teras rumah mereka. Ngobrol-ngobrol si Oppung dengan puterinya si Rukmini itu.

Rukmini : Jadi gimana, Mak? Acara makan malam kemaren itu..?
Oppung : Baik-baik saja Inang,.. puas kami ngobrol-ngobrol... melepas rindu...!
Rukmini : Ohh... Nah khan gak ada masalah... Mamak saja yang terlalu khawatir kemaren..
Oppung : Iyalah Inang... Namanya juga belum pernah ke acara makan malam. Biasanya makan ya makanlah.. Gak perlu dibuat-buat namanya makan malam, makan pagi, makan siang... Makan ya makanlah...
Rukmini : Ealah Mak... Mak...! Lha trus siapa saja yang datang, Mak..?
Oppung : Banyak yang datang... Keluarga Situmorang, Amang Situmeang.. Trus Inang Pakpahan juga hadirnya...
Rukmini : oohh... Enak-enak gak Mak makanannya?
Oppung ; Enak-enak sih... Cuma yang terakhir itu yang ga enak...
Rukmini : Ha? Apa rupanya yang terakhir itu?
Oppung : Gak tahu saya apa namanya itu... Kecl, pendek, kayak korek api...
Rukmini : (mikir sambil mengerutkan kening), apa itu ya...?!


* selidik punya selidik ternyata yang di maksud Oppung menu terakhir itu adalah tusuk gigi.
* Dilihat Oppung itu mereka-mereka itu habis makan ngambil tusuk gigi itu, dimasukkan kemulutny sambil menutupi mulutnya.
* Berhubung sebelumnya dipesankan si Rukmini "Kek mana dibikin orang itu kek gitu emak bikin, apa di makan oprang itu itu Emak makan...!" si Oppung pun meniru...
* Sayangnya si Oppung salah menduga kegunaan tusuk gigi itu.

Selengkapnya: