Ok, sebelum lanjut postingan ini, mari kita nyanyikan: Hari Merdeka. Dengan bersemangat...
Abis nyanyi...
Tarik nafas... yosssshaaaaa..... Indonesiaku, I luv u pul...!!! :D
Masih sambil menyanyi (dalam hati). Hmmm buat beberapa orang baik di kampung maupun disekolah, perayaan 17an identik dengan lomba-lomba. Lomba balap karung, lomba joget, lomba makan krupuk, lumpa ngulek lombok (bagi bapak-bapak), lomba balap kelompen, dan masih banyak lagi. Kalo mau tau sedikit ulasan tentang hal-hal di balik lomba-lomba itu, silahkan anda kunjungi disini... Heheheh...
Dan saya sendiri bukan orang yang cukup antusias dengan lomba-lomba 17an, bukan berarti saya gak nasionalis. Cuman ya gitulah.. hehehe...!! Saya cinta Indonesia. Tapi dulu pernah ada satu lomba yang saya ikuti dalam rangka 17an gtulah..
Begini ceritanya....
Saat itu (halah), saya masih eSDe, lupa tepatnya kelas 5 apa kelas 6. Dan ini lomba pertama kali yang saya ikutin dalam skala besar. (NB: Skala besar karena eSDe saya dan 3 eSDe lainnya bakal bergabung dalam satu tim atau grup martumba (menari). Ha? Menari? Bandit dongdong ini menari?.. Sekali lagi? menari kan? Iyaaaaaaaa....... iya, menari, martumba dalam bahasa batak. Dan setelah latihan beberapa minggu, dengan segala daya upaya, memeras keringat, memaksa badan ini mengikuti irama dan bimbingan sang guru pembina, (lebay) akhirnya tiba juga hari perlombaannya. Tanggal 16 Agustus. Tak bisa dipungkiri, meskipun sebagian dari kami belum bisa ngurus ingus sendiri, belum mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar, menari dengan profesional, tapi semangat masa kecil kami itu tak diragukan kedahsyatannya. Pada pertamakalinya ikut lomba martumba itu, kami menang. Juara 2.. Hahahahah. Dan status juara 2 ini mewajibkan kami untuk tampil di Perayaan 17 Agustus besoknya... Juara 1-4 harus tampil...
Waktu itu kami martumba sambil menyanyi, sebagian nyanyian masih saya ingat...
Adu ma huta namai... (Disanalah kampung kami)
Namargoar huta Matiti... (yang bernama desa Matiti)
Sai sapala Demokrasi... (Dan jika memang mau berdemokrasi)
Sai unang be hita korupsi... (Janganlah kita korupsi)
Sapala na maridi... (Jika memang mau mandi)
Didihon ma tu tambok punjung... (Mandikanlah ke kolam "Tmabok Punjung")
Sai sapala Reformasi... (Dan jika memang mau reformasi)
Sai unang be kepalang tanggung... (Janganlah kepalang tanggung)
Dilanjutkan dengan reff:
Sengko-sengko dainang, sengko sengko dainang, sengko inang sengko sengko..
Trilala.. tri lala, si rege-rege tumba, si rege rege tumba inang sengko-sengko..
Dua jempol buat Ibu guru yang mengarang lagunya... :D
Dan tampil di 17 Agustus ini (dihadiri Pejabat, setidaknya Pak Camat Doloksanggul lah..., Doloksanggul adalah salah satu kecamatan di Tapanuli Utara, Sumatera Utara). Semangat tampil karena bagi Guru-guru kami ini adalah kesempatan memperkenalkan "semangat 45 ala desa kami" hehehe, dan bagi kami ini adalah kesempatan untuk mendapat uang saku tambahan.. Hehehehe... baca aja terus...
Yap, setelah menang dan dipastikan bakal tampil di tanggal 17 nya, maka dibuatlah perjanjian antara kami para penari dan para pembina. Dikarenakan masyarakat (yang rela) bakal memberikan sumbangan berupa duit bagi kami para penari, maka uang yang dimasukkan masyarakat ke kantong kami menjadi bagian kami, tapi yang diselipkan kejari tangan menjadi bagian bersama, artinya harus dimasukkan ke kardus yang bakal disiapkan. Ok.. no body complen (saat itu juga)...!!
Malamnya, ibu saya sudah promosi ke nantulang, namboru dan keluarga saya yang lain untuk ikut memberikan sumbangan buat tampilan kami secara umum dan buat saya secara khusus. Hehehe.. Dan dengan semangat saya mengingatkan, "yang lebih besar (nilai uangnya) masukkan ke kantong saya ya Namboru, Nantulang, Inanguda...!!!" Hehehe
Dan tibalah acara, giliran kami...
Kamipun maju..
mulai beratraksi..
Dan masyaratkat menyerbu kami dengan uangnya...
Dan saya sibuk memasukkan uang yang di jari saya ke kantng saya,..
Teman saya ada yang diambili duitnya dari jarinya oleh guru... nasibnyalah itu...
Namboru dan Nantulang saya turut berjasa buat saya...
Kenyataannya:
Ada kawan yang gak dapat duit sama sekali, entah ibunya kemana....
Ada yang dapat banyak diajrinya, tapi di kembalikan ke kardus (sesuai perjanjian) mau saya cegat tapi biarlah... hehehe
Ada kawan yang wak dapat duit, merasa malu, dia mengambil duit sendiri dari kantongnya.. hehehe
Dan kami senang... waktunya beli Mie Gomak (Mie Gomak itu enak, silahkan googling.. hehehe)
Dan,
Biarpun belakangan ini bangsa ini bersedih, menangis dan sebagianya...
Indonesia..
tetap negeriku...
Biar hancurluluhlantak... tetap Negeriku...
Biar cuman hujan batu... tetap Bangsaku...
Biar gempar, bergejolak dan tidak menentu... tetap Kebanggaanku...
Majulah bangsaku....
I love you pul....
2 comments:
wah...nasionalisme memang harus selalu dipupuk ditengah keberagaman kita sebagai bangsa Indonesia...
dirgahayu republik ku....
berry devanda: yo yo.... Indonesia negaraku... :D
Post a Comment