Jalan yang kami tempuh menuju Curug Naga Mega Mendung ini awalnya sama, kemudian ditengah perjalanan kami berbelok ke kiri setelah bapaknya menyingkirkan tebasan dahan-dahan pohon yang sepertinya sengaja dibuat untuk menutupi jalan ke curug. Saya dan Rendra berpandangan saling mengerti mengingat sebelumnya kami sudah mau melewati jalan itu... :D
Jalannya agak curam, bahkan untuk turun ke sungainya kami harus dibantu tali sebagai pegangan kami kemudian menuruni tebing curam perlahan-lahan. Sampai di sungai kami harus menyusuri sungainya, deru air sudah terdengar. Detak jantung semakin cepat. Kesenangan karena yakin ini pasti menakjubkan. Dan terang saja, kami kemudian "dipertemukan" dengan wajah Sang Curug yang bagi saya sangat menakjubkan. Debit air yang cukup deras tentu dengan derunya yang sejalan, hempasan angin karena air yang jatuh, suasana yang agak tertutup dari sinar matahari karena cukup disembunyikan oleh rindangnya pepohonan, dingin yang nikmat dinding-dinding tebing sekitar air terjun yang gelap dan berlumut, bagian bawah air terjun yang seperti kolam namun dengan dasar yang tak terlihat, jadi kami tak bisa menduga seberapa dalamnya. Bapaknya bilang sangat dalam..!. Pemandangan ini mengingatkan saya akan sebuah ungkapan yang saya kenal ketika di Maumere, ungkapan yang diucapkan untuk menyatakan kekaguman akan satu hal: Gagah Ngeri...!
Jalannya agak curam, bahkan untuk turun ke sungainya kami harus dibantu tali sebagai pegangan kami kemudian menuruni tebing curam perlahan-lahan. Sampai di sungai kami harus menyusuri sungainya, deru air sudah terdengar. Detak jantung semakin cepat. Kesenangan karena yakin ini pasti menakjubkan. Dan terang saja, kami kemudian "dipertemukan" dengan wajah Sang Curug yang bagi saya sangat menakjubkan. Debit air yang cukup deras tentu dengan derunya yang sejalan, hempasan angin karena air yang jatuh, suasana yang agak tertutup dari sinar matahari karena cukup disembunyikan oleh rindangnya pepohonan, dingin yang nikmat dinding-dinding tebing sekitar air terjun yang gelap dan berlumut, bagian bawah air terjun yang seperti kolam namun dengan dasar yang tak terlihat, jadi kami tak bisa menduga seberapa dalamnya. Bapaknya bilang sangat dalam..!. Pemandangan ini mengingatkan saya akan sebuah ungkapan yang saya kenal ketika di Maumere, ungkapan yang diucapkan untuk menyatakan kekaguman akan satu hal: Gagah Ngeri...!
Dan tentu saja petualangan kami tidak dihentikan oleh kekaguman kami akan curug ini. Renang? Tentu ada yang lebih menantang dari sekedar berenang... :D
Sekilas di kehidupan saya ketika di Surabaya, saya pernah menabrakkan dengan keras bagian belakang mobil Pak Dhe saya ke tembok. Niat awalnya ingin memundurkan ke halaman untuk saya cuci. Saya agak senang mencuci mobil yang masih baru.. :D. Namun nahas nasib mobilnya, kesalahan saya menginjak pedal gas cukup dalam membuat mobilnya melaju ke belakang dan menabrak tembok di belakangnya, menimbulkan bunyi crash yang keras sampai-sampai Pak Dhe dan Bu Dhe yang lagi di kamar mereka keluar karena kaget. Kaca belakang rontok, pintunya bengkok, temboknya juga melengkung, untung tidak roboh. Dan kepercayaan diri saya untuk mencucinya rontok, rontok seiring dengan gemetarnya lutut saya. Ketakutan seperti ini, baru yang pertama kali saya alami...
Kemudian di curug kemarin, bapaknya bilang supaya kami melompat dari salah satu tebing air terjunnya.
"Dari situ?"
"Iya..!" bapaknya senyum
"Setinggi itu?" masih ragu saya
"Iya.. Apa saya aja duluan?" bapaknya tidak bercanda
"Iya Pak, duluan saja...!" saya menyalakan hape untuk menggunakan kameranya untuk dokumentasi.. :D
Ternyata benar, setelah memanjat tebing yang agak curam di sebelah kiri kami, atau di depan kanan curugnya, bapaknya melompat.
Joss.... <--- ini teriakan bapaknya setelah melompat. Saya ragu cara menuliskan bunyi ketika bapaknya jatuh ke kolam air terjunnya.
He did it... And it's now our turn...
Lae Rendra duluan... :D. Saya tidak tahu pasti dia ketakutan atau tidak, tidak tahu pasti gemetarannya itu karena kedinginan atau bukan. Tapi yang jelas dia sudah melompat. Dan sekarang giliran saya.. :D.
Sekilas di kehidupan saya ketika di Surabaya, saya pernah menabrakkan dengan keras bagian belakang mobil Pak Dhe saya ke tembok. Niat awalnya ingin memundurkan ke halaman untuk saya cuci. Saya agak senang mencuci mobil yang masih baru.. :D. Namun nahas nasib mobilnya, kesalahan saya menginjak pedal gas cukup dalam membuat mobilnya melaju ke belakang dan menabrak tembok di belakangnya, menimbulkan bunyi crash yang keras sampai-sampai Pak Dhe dan Bu Dhe yang lagi di kamar mereka keluar karena kaget. Kaca belakang rontok, pintunya bengkok, temboknya juga melengkung, untung tidak roboh. Dan kepercayaan diri saya untuk mencucinya rontok, rontok seiring dengan gemetarnya lutut saya. Ketakutan seperti ini, baru yang pertama kali saya alami...
Kemudian di curug kemarin, bapaknya bilang supaya kami melompat dari salah satu tebing air terjunnya.
"Dari situ?"
"Iya..!" bapaknya senyum
"Setinggi itu?" masih ragu saya
"Iya.. Apa saya aja duluan?" bapaknya tidak bercanda
"Iya Pak, duluan saja...!" saya menyalakan hape untuk menggunakan kameranya untuk dokumentasi.. :D
Ternyata benar, setelah memanjat tebing yang agak curam di sebelah kiri kami, atau di depan kanan curugnya, bapaknya melompat.
Joss.... <--- ini teriakan bapaknya setelah melompat. Saya ragu cara menuliskan bunyi ketika bapaknya jatuh ke kolam air terjunnya.
He did it... And it's now our turn...
Lae Rendra duluan... :D. Saya tidak tahu pasti dia ketakutan atau tidak, tidak tahu pasti gemetarannya itu karena kedinginan atau bukan. Tapi yang jelas dia sudah melompat. Dan sekarang giliran saya.. :D.
Dan saya kemudian berganti pelampung dengan si Rendra, pelampung yang saya gunakan tali pengamannya kurang bagus. Kemudian memanjati tebing curam itu tanpa pengaman, dan sampai di atas.
Terus terang saya agak bergidik juga saudara-saudara. Tinggi lompatannya mungkin 2 meter doank, atau mungkin hampir 3. Namun namanya belum pernah melompat dari ketinggian segitu jadinya ya keder juga.
Sesampai diatas tebing tempat meloncatnya, saya ketakutan saudara-saudara. Kaki saya yang gemetaran mengingatkan saya atas ketakutan ketika saya menabrakkan mobil Pak Dhe saya tadi. Memandangi gelapnya air terjun di bawah, deru air yang keras, Akh... Saya bergigik dan gemetaran... :D
Namun, bapaknya sudah selamat, si Rendra juga selamat, dan si adik kecil juga, apalagi dia juga melompat dari tebing yang lebih tinggi setelah itu... :D
Dan saya melompat, butuh hampir 2 detik untuk kemudian "menabrak" permukaan air terjun. Dan saya hidup... :D. Pelajaran penting jika mau melompat ke air rapatkan kedua tangan ke tubuh, atau angkat lurus ke atas supaya lengan tidak terasa sakit jika menghantam air.
Dan saya bahagian gan. Senyum-senyum tertawa-tawa kesenengan... :D
Setelah itu kami pulangnya menyusuri sungai ke bawah, kemudian ada tempat melompat satu lagi namun tidak setinggi yang tadi... Tetep saja harus dicoba.. :D
Dan kami berjalan pulang menuju warung bapaknya, tempat kami makan dan menitipkan barang tadi. Diiringi kekaguman atas curug tersebut, dan kesenangan sudah menikmati sebagian kecil dari ciptaan Tuhan, namun membuat rasa senang kami cukup besar.. :D
6 comments:
gagah ngeri memang nong,,,,
mantabbbbbb
PP tanpa nginep dari Jakarta, kira-kira berapa jam ya? tau ga?
Traveler: ambil seharian aja kayaknya gan... biar lbh puas, perjalanan ksini kurang lebih 2 jam an lah sekali jalan...
kocak ceritanya hehe
Bro dsni ada outboundnya gak?
Post a Comment