*ru pulang dari Jogja... Senang rasanya memasrahkan diri sepanjang malam di ranjang tanpa kasurku. Entah karena rasa bahagia atau karena memang capek, tidur saya nyenyak sekali sodara-sodara, sampe-sampe alarm yang berbunyi mulai jam 4 hingga jam 7 tak terhiraukan.... :D
Kembali ke Petualangan 7 Curug saya bersama teman saya Rendra. Langkah kaki kami akhirnya terpuaskan, membuahkan hasil. Kami tiba di Curug yang kami tuju yang terletak di Desa Bojong Koneng Koneng, Bogor ini. Masuk setelah membayar kontribusi Rp 5.000 per orang. Melihat harga tiket yang berbeda untuk turis -Rp 20.000/orang-, saya jadi bertanya apa hari itu ada turis yang datang. Jawabnya ada sekitar 5 dari Jakarta(?).
Kemudian kami memasuki lokasi curug. Berhenti sebentar di tempat-tempat berteduh atau menaruh barang berbentuk rumah-rumahan tak berdinding yang terbuat dari bambu. Sepi, cuma ada beberapa pengunjung dari Sekolah Tinggi Teologia (STT) Baptis, yang ditengah jalan kami berpapasan dengan mobil rombongan mereka. Sesampainya kami di curug, rombongan tersebut sudah bersiap-siap pulang. Jadi inggal kami berdua yang menikmati curug tersebut sore itu. Foto-foto sebentar dan lepas baju. Mandi. Rasa lelah sepanjang perjalanan sudah terlupakan.. :D
Karena musim kemarau, debit air yang jatuh tidak seberapa banyak. Tapi cukup lumayanlah. Tak hanya air terjunnya, kicauan burung juga tak jarang terdengar ditengah-tengah gemuruh air terjun...
Kembali ke Petualangan 7 Curug saya bersama teman saya Rendra. Langkah kaki kami akhirnya terpuaskan, membuahkan hasil. Kami tiba di Curug yang kami tuju yang terletak di Desa Bojong Koneng Koneng, Bogor ini. Masuk setelah membayar kontribusi Rp 5.000 per orang. Melihat harga tiket yang berbeda untuk turis -Rp 20.000/orang-, saya jadi bertanya apa hari itu ada turis yang datang. Jawabnya ada sekitar 5 dari Jakarta(?).
Kemudian kami memasuki lokasi curug. Berhenti sebentar di tempat-tempat berteduh atau menaruh barang berbentuk rumah-rumahan tak berdinding yang terbuat dari bambu. Sepi, cuma ada beberapa pengunjung dari Sekolah Tinggi Teologia (STT) Baptis, yang ditengah jalan kami berpapasan dengan mobil rombongan mereka. Sesampainya kami di curug, rombongan tersebut sudah bersiap-siap pulang. Jadi inggal kami berdua yang menikmati curug tersebut sore itu. Foto-foto sebentar dan lepas baju. Mandi. Rasa lelah sepanjang perjalanan sudah terlupakan.. :D
Karena musim kemarau, debit air yang jatuh tidak seberapa banyak. Tapi cukup lumayanlah. Tak hanya air terjunnya, kicauan burung juga tak jarang terdengar ditengah-tengah gemuruh air terjun...
Sekedar info, yang ada dipikiran pria itu tatkala
menatap kepuncak air terjun adalah:
"Ross, kapan aku kesini bersamamu?" :D
Setelah (agak) puas menikmati curug ini, kamipun mandi di toilet yang tersedia di dekat curug. Berganti pakaian dan bersiap-siap untuk pulang. Tinggal dua orang yang kami tinggalkan di lokasi curug tersebut, dugaan saya salah satunya adalah pengunjung dengan guide warga setempat. Bahkan penjaga loket tiket juga sudah pulang. Kamipun pulang setelah berpamitan kepada dua orang yang masih tinggal tersebut. Kembali menyusuri jalan setapak yang tadi kami lewati, tanpa tahu berapa jauh kami akan berjalan. Ditengah perjalanan kedua orang penjaga loket kembali lagi ke curug, belakangan kami tahu ada beberapa pengunjung lagi yang bakal ke curug. Sekitar 9 orang keluarga berpapasan dengan kami. Entah kenapa saya senang banyak (atau ada) orang yang berkunjung ke curug ini... Entah kenapa... :D
Perjalanan kami menapaki jalan setapak berakhir tatkala kami menemukan jalan raya perkampungan Desa Bojong Koneng. Kami memutuskan tidak kembali melalui jalan alternatif yang sebelumnya kami lewati, dengan tujuan supaya bisa dapat tukang ojeg yang mau mengantarkan kami ke jalan raya puncak, tempat kami rencana menginap di emperan toko atau yang sejenis. Puji Tuhan, kami diantarkan oleh orang yang sebenarnya tukang ojeg, namun orang yang pernah merasakan perjalanan jauh pada saat dia belum punya sepeda motor. Katanya mereka kasihan kepada kami. Setelah menyepakati harga merekapun mengantarkan kami ke Gadok, persimpangan yang dilewati oleh bus-bus antar kota maupun angkot dalam kota. Setelah sampai kamipun bersalaman dengan teman kami itu, berpisah dengan ucapan, "Sampai bertemu kembali..!"
Kepada Pak Polisi yang kami temui di persimpangan Gadok tersebut, kami bertanya arah ke Mesjid Mega Mendung kemana dan naik apa. Di petang hari itu, Pak Polisinya masih bercanda kepada kami. Ekspresi wajah dan intonasi bicaranya dalam "memaksa" kami masuk angkot yang kebetulan lewat dan kebetulan dengan angkot itu pula kami harus naik cukup membuat kami tertawa... Angkot kemudian mengantarkan kami ke arah Masjid Mega Mendung. Kami turun lebih awal, karena selain macet, kami memilih jalan kaki sedikit sekalian "browsing" tempat makan yang kelihatannya murah... (Sometimes we need to judge some place from its cover..!) :D
Perjalanan kami menapaki jalan setapak berakhir tatkala kami menemukan jalan raya perkampungan Desa Bojong Koneng. Kami memutuskan tidak kembali melalui jalan alternatif yang sebelumnya kami lewati, dengan tujuan supaya bisa dapat tukang ojeg yang mau mengantarkan kami ke jalan raya puncak, tempat kami rencana menginap di emperan toko atau yang sejenis. Puji Tuhan, kami diantarkan oleh orang yang sebenarnya tukang ojeg, namun orang yang pernah merasakan perjalanan jauh pada saat dia belum punya sepeda motor. Katanya mereka kasihan kepada kami. Setelah menyepakati harga merekapun mengantarkan kami ke Gadok, persimpangan yang dilewati oleh bus-bus antar kota maupun angkot dalam kota. Setelah sampai kamipun bersalaman dengan teman kami itu, berpisah dengan ucapan, "Sampai bertemu kembali..!"
Kepada Pak Polisi yang kami temui di persimpangan Gadok tersebut, kami bertanya arah ke Mesjid Mega Mendung kemana dan naik apa. Di petang hari itu, Pak Polisinya masih bercanda kepada kami. Ekspresi wajah dan intonasi bicaranya dalam "memaksa" kami masuk angkot yang kebetulan lewat dan kebetulan dengan angkot itu pula kami harus naik cukup membuat kami tertawa... Angkot kemudian mengantarkan kami ke arah Masjid Mega Mendung. Kami turun lebih awal, karena selain macet, kami memilih jalan kaki sedikit sekalian "browsing" tempat makan yang kelihatannya murah... (Sometimes we need to judge some place from its cover..!) :D
3 comments:
dikit banget fotonya mas??
hehehehe, petualangan yng asik yaa??
salam kenal
Ooooh,,, ngerti saya sekarang. Ini cerita bersambung sampe 6 curug lagi ya? Hihihiii...
Liat aer terjun gitu, jd pengen kesana klo perut saya udah kotak2 kyk jenifer aniston. Mau berenang di bawah air terjun pke bikini dududuuuuuu....
Meilya: Foto ga usah banyak2lah... Biar yang pingin lihat keindahannya jadi kesana... :D
Kak Mila: Ga usah kotak2pun tak apalah kakak... Saya siap motoin lho? jreng jreng jreng....
Post a Comment