Pemandangan sepanjang jalan setapak jalan alternatif menuju Curug Bojong Koneng |
Deru angkot 44 yang jarang berhenti ini akhirnya mereda juga sebentar, menurunkan nenek-nenek penumpang yang dengan ramah mengajak kami ngobrol...
"Lha mobil kalian mana?" tanyanya setelah mengetahui tujuan kami mau ke Curug Bojong Koneng..
"Belum punya, Bu...!" jawab saya santai...
"Motor?"
"Belum sanggup beli Bu...!" polos, yang diikuti senyum partner berpetualang saya, Rendra..
"Beli rodanya aja dulu...!" malah ikut bercanda ibunya..
"Akh,.. Nanti gak cocok pula Bu...!"
Melewati persimpangan jalan yang menuju ke arena balap Sentul...
"Apa kita balapan dulu aja Lae?" tanya saya..
"Balapan lari..?"
"Iya..!"
Dan angkot kami tiba di SD Negeri Babakan Madang IV, kata si sopir yang masih remaja itu kami akan lebih dekat menuju Curug Bojong Koneng jika melewati jalan setapak di sebelah kanan sekolah dasar tersebut. Kamipun menurut,...
Disebelah jalan setapak itu adalah sungai berbatu-batu yang minim air. Setidaknya itu artinya kami tinggal menelusuri sungai untuk mencapai curugnya. Dan kamipun memacu kedua kaki kami masing-masing. Tapi kok? Saat melayangkan pandangan saya kok kami mengarah ke jalan besar di sebuah perumahan? Semakin lama kami menapaki jalan tersebut kami akhirnya tiba di jalan besar... Jalan di perumahan-perumahan mewah Sentul...
Agak gak jelas memang...
Saya memberanikan diri memberikan isyarat untuk berhenti kepada salah satu sepeda motor yang melaju. Pengemudinya gadis belia yang membonceng seorang ibu. Bisa saya tangkap wajah keraguan dan kekhawatiran diwajah gadis itu.. Namun entah kenapa, dia berhenti juga dan bertanya,
"Ada apa..?!"
"Jalan menuju air terjunnya kemana Mbak?" (apa seharusnya waktu itu saya panggil dia Neng ya)
"Oh... terus aja menuju jalan itu, nanti belok kiri...!" terasa ada rasa khawatir yang lenyap dari wajahnya. Entah karena dia tiba-tiba menyadari wajah ganteng saya dari dekat, atau karena jarang ada orang jahat yang rela mengunjungi air terjun, atau karena lega kami tidak bermaksud berbuat jahat, atau apalah (semoga bukan yang pertama, Plak..!) Yang jelas jawaban singkat padat seperti itu serasa memberikan isyarat bahwa Curug Bojong Koneng tercinta tidaklah jauh.. Semangat...! Ketemu lagi dengan satpam, di pos satpam, bertanya lagi untuk memastikan arah kami benar..
Pelajaran penting jika ingin menanyakan sesuatu kepada orang lain yang belum dikenal dan tidak bermaksud kenalan dulu: "Usahakanlah jangan takut bertanya dan jangan menakutkan kalau bertanya...!"
Kami kemudian agak tambah sedikit (?) semangat.. Jalan, melangkah, terus, terus...
"Berhenti dululah Lae... Istirahat..!" :D Emang rasanya berat kali di lutut kalau jalan kaki menanjak dan membawa barang bawaan di punggung... Ah..
Sekali teguk, sekaleng minuman ber-ion berpindah tempat ke perut. Tenggorokan lumayan lega... Semilir angin yang berhembus menambah kelegaan.. Dan kamipun berjalan lagi. Dan tampaklah pintu keluar belakang perumahan itu, ada semacam tempat kongkow-kongkow (entah) tukang ojeg, dan ada tulisan Desa Bojong Koneng...
Kami sudah sampai di desa tempat beradanya Curug Bojong Koneng. Hal ini tentu memacu semangat lagi. Dan kami berjalan lagi, istirahat lagi, berjalan lagi, istirahat lagi.. Entah berapa kali seperti itu.. Dan kami tiba pada persimpangan jalan yang ada plang bertuliskan Jalan Alternatif Menuju Curug Bojong Koneng. Yang ada dipikiran saya adalah bahwa curugnya sudah dekat.. (ini belum pasti) dan semakin dekat (yang ini pasti, -ya iyalah, dah berjalan kaki hampir sejam brur..!-) Ketemu dengan salah satu penduduk yang sangat meyakinkan bahwa kami salah jalur. Dia sangat yakin kami salah jalur karena beliau yakin kami pasti kesasar...
Dan anda mau tahu betapa keberuntungan sangat menyertai kami? Keberuntungan, semacam berkat yang kami rasakan hadir disaat yang sangat tepat. Bapak yang tadi menyarankan kami kembali ke jalur utama, pesimis bahwa kami bisa berhasil ke curug jika lewat jalur itu. Dan voila, dua orang berboncengan sepeda motor menghampiri kami, menanyakan tujuan kami, dan dengan yakin meyakinkan kami untuk lewat jalur alternatif itu saja. Tepat setelah kami mulai merasa kecewa jika harus menempuh jalan yang sudah jauh kami lewati tadi, sudah berbalik arah beberapa meter... :D
Selain itu, setiap menemukan persimpangan jalan setapak di kampung, di persawahan selalu saja kami bertemu dengan orang yang tepat di tempat yang tepat untuk menunjukkan arah yang lebih tepat untuk kami lalui menuju Curug Bojong Koneng. Ibu-ibu, anak-anak kecil yang notabene polos dan penuh kejujuran, termasuk anak-anak kecil yang awalnya saya pikir mengarahkan jalan kami sejauh hampir seratusan meter sampai terlihat air terjunnya dari kejauhan seperti di foto bawah dengan sukarela, ternyata minta bayaran... :D
"Kasih dua ribu aja, Lae..!" saran saya sama Rendra, sebagai "bendahara" kami... :D
"Kurang, Bang... Biasa juga ceban..!" protes si anak kecil... Saya agak merasa lucu juga... :D
"Ceban itu barapa..?!" tanya saya..
"Sepuluh ribu bang...!" daritadi memasang wajah melas agak "menyebalkan" dalam arti yang lucu.. Setidaknya saya jadi tahu arti dari CEBAN---> CEpuluh ribu BANg..! :D
Lega rasanya saat memandang Curug ini dari jauh. Semacam kelegaan saat anda yakin anda menuju sesuatu yang benar.... :D |
Anda pernah pacaran jarak jauh, kemudian suatu saat bakal bertemu dengan kekasih anda. Saat-saat melihat kemunculannya di pintu kedatangan bandara, atau turun dari kapal atau keluar dari pelabuhan, atau melihatnya mendekat dari ujung gang rumah anda, atau mulai menyadari bahwa gerakan jalan itu adalah gerakan jalan kekasih anda yang mendekat ke tempat anda menunggu di cafe atau di tempat menunggu lainnya? Bagaimana rasanya..? Bergejolak ingin melumat bibirnya... *plak *plak *plak....
Karena belum pernah merasakan yang seperti itu, jadi saya tak mungkin mengibaratkan perasaan saat kami melihat penampakan air terjun ini dari jauh. Rasanya seperti ketika anda berjuang dengan penuh keyakinan untuk mencapai sesuatu yang anda sendiri tidak tahu bagaimana mencapainya bahkan tidak tahu bisa dicapai apa gak, namun anda bakal mencapainya. Pasti mencapainya...! Nah, kalau pernah merasakan hal seperti itu, seperti itulah yang kami rasakan. Perjuangan bangun pagi-pagi, naik bis dan angkot setelah banyak bertanya kesana kemari, jalan kaki yang lumayan jauh, melewati desa satu ke desa lain, masuk perumahan, keluar perumahan, masuk desa lagi, masuk perkampungan, melewati jalan raya, jalan berbatu-batu sungai, jalan setapak, pematang sawah, menanjak, menurun, dan semua perjuangan itu membuahkan hasil sesuai harapan... Mungkin lebih menggetarkan dari perasaan saat pulang kampung dan anda sudah melihat rumah anda, tinggal beberapa langkah lagi, atau tinggal beberapa menit angkot lagi. Meski tak melebihi perasaan menggetarkan saya yang pulang kampung (dulu) setelah 9 tahun, 5 bulan beberapa hari merantau...!
Sampai disini kami sudah bangga dan senang. Belum lagi saat kami benar-benar sampai di Curug Bojong Koneng...!
PS: Tadi pagi gak sempet posting karena lagi ada acara bareng temen-temen gereja ke Ancol. Ceritanya kapan-kapan ya, setelah Postingan Petualangan 7 Curug ini selesai. Dan postingan Petualangan 7 Curug ini bakal tertunda beberapa hari ke depan. Saya dan teman-teman saya mau berpetulang ke Jogja besok pagi, sekaligus menghadiri pernikahan teman kami..! See ya... :D
5 comments:
sesekali jalan2 ke air terjun loji di karawang sana hahaha :)
lagi libur ya? kayanya liburnya panjang banget karena banyak pisan agendanya...
mohon maaf lahir batin yaa.....
Ya ampun, berburu curug ke daerah Sentul ya? Itu kan lumayan agak deket sama rumah sayaaaa... Saya yg rumahnya di deket situ aja belum pernah ke curugnya.
Eh sekalian cobain pemandian air panas di gn.pancar juga.
weleh.... udah mau sampe di jogja lagi aja nih.. beredar banget ya hahahaa...
Pitshu: emang ada? *katrok saya :D
Quinie: libur cuma sebentar sih, cuma 2 minggu... *digampar... :D
Merry: Harusnya kita ketemuan ya kmrn... :D. Kami agak terfokus untuk menikmati air terjun kmrn... heheheh
Mila: Iya, mondar-mandir... :D
Post a Comment