#7. Nginap di Stasiun Hall Bandung, jadi (sok) puitis

28 March 2011
Dan setengah 12an nyampe di Stasiun Hall Bandung, sudah terlalu larut menuju tempat kawan saya. Lagian kawan saya itu cewek dan niat saya untuk menikmati malam dan tidur di stasiun masih belum memudar...

Setelah memakai jins panjang, jaket dan topi kupluk sayapun duduk di kursi di dalam stasiun. Kemudian nanya sama satpamnya,
"Pak, kalau nginap disini boleh tidak?"
"Oh, sebaiknya disana saja mas, di dekat musholla, banyak polisinya...!" saran beliau...
"Oh, baik terimakasih Pak...!" dan saya keluar dari stasiun.

Dikursi-kursi di tempat tunggu stasiun (mau bilang ruang tunggu soalnya tidak berbentuk ruangan, heheheh. *gak penting) duduk-duduk disana sambil melanjutkan mebaca buku yang saya baca. Buku konspirasi memang menarik buat saya. Entah kenapa, padahal ya gak paham-paham banget... :D. Melirik jam di hape saya, 00.00. Ahaaa... Ar00ne.Al00ne. Secara kasat mata saya memang sendirian tanpa teman disitu, tapi bukankah sebenarnya apapun yang ada di alam ini adalah teman kita? Udara dingin, bintang yang walaupun tertutup atap stasiun, Pak Satpam yang sesekali ngobrol sama temannya, para anak punk yang sesekali tertawa berderai-derai, etalase-etalase bisu yang sudah tutup ditinggal para penjaganya. Ya, bagi saya itu semua teman...


Stasiun Hall Bandung di malam hari.

Merasa nyaman duduk disitu, sayapun memutuskan untuk tidur disitu saja nantinya. Sekitar 38 atau 39 keramik ukuran 40centian dari tempat saya berbaring-baring, berjaga seorang satpam yang bertugas menjaga di pintu masuk stasiun. Jadi saya tak perlu khawatir berlebihan. Toh, saya tetap percaya akan penyertaan Sang Kuasa. Mata belum mengantuk. Saya melanjutkan membaca buku, sambil sesekali memoto situasi malam di stasiun itu. Cahaya yang kuning keemasan alias remang cukup nyaman bagi mata saya yang terbiasa tidur dengan mematikan lampu...

Sayapun tertidur. Berbantalkan tas ransel yang saya bawa, beralaskan kursi ditempat tunggu tersebut, dan berselimutkan pelukan udara yang semakin dingin. Nikmat. Bahkan sesekali saya membuka topi kupluk saya untuk sekedar merasakan desiran dinginnya angin malam itu. Tak tahu pastinya berapa lama total saya tertidur. Sesekali terbangun. Kadang karena bokong saya terasa mengeras beradu dengan kerasnya kursi logam yang saya tiduri, kadang karena buku yang saya taruh di dada saya terjatuh, kadang karena tubuh saya sendiri bahkan hampir terjatuh, dan juga sesekali karena tawa para anak-anak punk yang tak berapa jauh dari saya.

Sebenarnya saya bisa saja menginap di hotel, saya punya uang untuk itu, tapi mungkin saya agak berbeda dengan beberapa orang dalam menikmati sesuatu, khususnya kali ini dalam hal liburan. Saya tak terlalu ngebet menikmati liburan dengan cara yang ekslusif, saya lebih suka dengan cara saya seperti ini. Dan sejujurnya target saya bukan hanya tidur di stasiun, tapi jauh dari itu, saya berharap suatu saat saya bisa jalan-jalan seminggu atau dua minggu dengan menikmati alam sealam-alamnya. Tentu, seperti tulisan dibawah header blog saya itu:"...to express (myself) , not to impress (anyone)...!"

Menikmati alam, sealam-alamnya...
Beralaskan bumi
Berselimutkan langit
Berkawan dengan elusan angin
Cumbuan air laut
Pijatan air mancur dan air terjun
Hangatnya pemandian air hangat
Mengelus bumi dan memeluknya

Naik kendaraan umum
Menikmati polusi perkotaan, karena itu ciptaan saya sendiri, manusia
Menyadari betapa kejamnya diri saya yang menciptakan polusi itu
Dan seharusnya melakukan sesuatu untuk polusi itu
Meski hal-hal kecil sekalipun
Semacam tidak buang sampah sembarangan

Menikmati udara pegunungan
Udara di laut
Udara perkotaan dan pedesaan
Udara di tempat terbuka dan udara ditempat tertutup
Udara di bumi

Mendengarkan musik alami
Suara burung-burung
Suara jangkrik, tokek, kodok, ayam, anjing, dan hewan lainnya
Suara pepohonan diterpa hujan, tidakkah itu bagaikan hentakan kaki yang ramai?
Dedauanan ditiup angin, tidakkah itu bagaikan tepuk tangan meriah?
Bahkan mendengarkan suara pohon roboh jika beruntung

Mengoleksi sebanyak mungkin senyum orang-orang dihati saya...
Senyum orang Batak sudah... karena lahir sampai SD saya di Matiti, Dolok Sanggul, Tapanuli Utara
Senyum orang Surabaya sudah, SMP hingga SMA saya di Surabaya
Senyum orang Malang sudah, setahun delapanbulanan saya disana
Senyum orang Sumbawa Besar sudah, lima bulan saya disana
Senyum anak-anak di Maumere sudah,
Tak bisa saya lupakan terikan: "Poto kami... poto kami :D...!" dari anak-anak kecil di Maumere sambil tertawa malu-malu
Tatkala sesekali saya hunting moto ke salah satu pantai yang dekat
Senyum orang-orang dan teman-teman saya di Tangerang... I'm still here..

Senyum orang Papua? Ya, di kota besar saya bertemu beberapa dari mereka
Tapi saya ingin kesana..
Kesemua tempat yang bisa saya kunjungi

Tak hanya untuk mengoleksi senyum mereka,
Namun, sebisa mungkin berbagi senyum dengan mereka...

Akh, impianku kadang memang muluk sekali...
Tapi biarlah, saya memang pria yang gregetan dengan impian

Malam berakhir,
Pagi menjelang (pastinya)
Sekitar jam 5 an pagi itu, 17 Maret 2011, saya terbangun. Dan mungkin anda bertanya apa hal yang pertama kali saya pikirkan saat terbangun pagi itu?

Iya, saya tersenyum,
Walaupun,
gigi saya gemerutuk kedinginan,
tubuh saya menggigil kedinginan,
tubuh saya berbunyi gemeretak waktu digerakkan,
mata saya agak perih dan berair entah kenapa
perut saya berbunyi keroncongan
kentut saya keluar pelan-pelan tak berbunyi
nafas saya bau minta ampun
rambut saya acak-acakan gak jelas
Tapi yang paling penting
hati saya penuh ucapan syukur
menggumamkan "Puji Tuhan, Haleluya saya masih hidup dan bisa bergerak...!"
Termasuk karena masih bisa menggerakkan tangan saya mengetikkan sms kepadanya
"Sayang, saya masih hidup...
Hehehehe...!"

Sempat terpikir di hati saya kalimat ini: "Saat kamu benar-benar mencintai dan mengasihi alam, alam itu sendiri juga akan mencintai dan mengasihimu...!"

8 comments:

mayank said...

lagi rajin posting niyh

saya jg suka kok kalo jalan sendirian, suka baca buku, trs ngomong sendiri di dalam hati, kadang apa yg udah diomongin didalam hati dilanjut ditulis...

jadi bisa menikmati sesuatu sampai puas...

saya nyengir baca tulisan smsnya :)))

Ninda Rahadi said...

ah senangnyaa buat cowok segalanya mungkiiiinnn

bandit™perantau said...

mayank: hahahaha.... dia juga mbalesnya nyengir kayaknya... :D.... Yah, kalo lg sendiri ya menikmati nikmatnya sendiri, klo lagi sama kawan ya menikmati barengannya itu.... :D


Ninda: siapa bilang tidak segalanya mungkin bagi wanita? Ato gak? :D

Violet said...

*ikut berkata :"Puji Tuhan". Bandung itu memang lebih aman daripada jakarta.

seperti dejavu, sepertinya ada orang yang pernah bilang kalimat terakhir itu pada saya.

bandit™perantau said...

Violet: hahahahahaha..... kok bisa sampe begitu ya? :D

-dee- said...

AROONN! baru tau aku kalo kamu ke bandung tgl segitu! aku juga kemaren ke bandung dari tgl 27-30... wah, kalo tauuu!

yak said...

Wah, keren om ceritanya, puisinya juga keren om, asik asik
makasih om, hehe

dave said...

wah saya juga terpaksa tidur di stasiun mas bsk mgg, soalnya kereta baru nyampe jam 3 pagi, daripada nyewa hotel nanggung bgt pagi dah check out hehehe. tp stasiunnya mojokerto mas bkn stasiun bagus kyk di bandung, mg2 aman