Ke Raja Ampat: Waisai - Siai

06 July 2013
Pagi-pagi hampir pukul 05.30 saya terbangun mendahului alarm yang sudah saya set di hape. Kemudian mandi dan melakukan rutinitas kamar mandi lainnya. Sehabis mandi membereskan barang bawaan saya. Pagi ini kami sekaligus check out dari penginapan. Kemudian membangunkan teman-teman untuk siap-siap.

Suguhan teh hangat kemudian datang bersama gorengan. "Sarapan pembuka" pagi ini. Sembari membereskan barang-barang masing-masing, kami menyeruout teh masing-masing. Pasokan sarapan berat yang kami pesan sebelumnya juga sudah tiba. Mobil yang kemarin membawa kami dari pelabuhan yang juga bakal mengantar kami ke pelabuhan pagi ini sudah tiba. Pak bos kemudian mengomandi kami untuk siap-siap, barang-barang kami angkut ke mobil, memastikan tidak ada barang-barang kami yang tertinggal di hotel. Kemudian membereskan bill nya di resepsionis dan berangkat menuju pelabuhan.

Pak Abi, yang menemani kami di Raja Ampat ini juga akan ikut bersama kami. Ditambah 3 orang kru kapal. Pak Boni sebagai driver nya. Pak Nando Sanadi, navigatornya, dan satu lagi yang belum sempat saya tanyakan namanya, mengendalikan mesin kapal. Perjalanan kali ini merupakan bagian termahal dari rangkaian perjalanan menuju Wayag untuk saat ini. Penyebabnya adalah karena belum ada angkutan kapal umum ke Wayag seperti dari Sorong ke Waisai. Sehingga harus menyewa. Tarif sewanya cukup mahal memang, kisaran 15-20 juta per kapal per trip. Sepulang dari Wayag, saya sempat kenalan dengan salah satu ito yang ternyata orang Nias yang sudah 2 tahun di Waisai ini. Dia bilang kalau kapal yang sewanya 10 juta itu sangat kecil. Mungkin kapasitas 7-8 orang katanya. Dan itupun mungkin sudah sulit untuk didapatkan. Dia yang datang ke Sorong ini dengan niat awal mau ke Wayag itu, sampai 2 tahun ini dia belum jadi-jadi kesana. Cita-cita, impian, obsesi atau yang semacamnya memang sanggup membuat seseorang membuat keputusan yang dimata orang lain So(w)rong, but it's so right at all...

Bersama nando Sanadi, Navigator Kapal
Awalnya saya sudah masuk ke kapal, tapi melihat kedua teman saya naik diatas kapal, saya kemudian tanya sama Pak Abi. "Saya masih bisa diatas gak Pak..?", "Oh silahkan saja... Tapi nanti kalau angin kencang atau ombak besar masuk ke dalam ya...!", "Beres Pak...!" Dengan senang hati gembira ria saya kemudian naik diatas kapal. Hampir jam 7 an kapal kami baru berangkat. Menurut teman saya perjalanannya kurang lebih 3 jam an.

Baru kali ini saya naik kapal dan naik diatasnya. Senang sekali. Pandangan tak terhalang apapun, memandangi pulau-pulau di kiri kanan sembari menikmati angin yang semakin terasa kencang karena kecepatan kapal. Tak ada bosan-bosannya menikmati perjalanan dari atas kapal ini. Di kiri kanan pemandangan bukit-bukit hijau, pulau-pulau agak besar dan kecil yang sebagian besar kata Bang Sanadi tidak berpenghuni. Indahnya. Kurang lebih setelah menempuh perjalanan 1 jam lebih, kami memasuki "pintu masuk", bukit-bukit dekat saja di kiri kanan kami. Kapal diperlamabat, air dibawah cukup dalam, dan terdapat banyak pusaran-pusaran air. Pemandangan yang unik menurut saya. Setelah melewatinya, kapalpun dipercepat lagi. Puluhan (kalau tidak bisa saya bilang ratusan) pantai pasir putih berganti-ganti kami lewatkan selama perjalanan. Menyadarkan saya kalau satu tahun pun keliling-keliling di pulau-pulau ini belum tentu puas dan bisa menikmati semuanya... Ahh...

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih selama 2 jam, kapal bermasalah sedikit. Salah satu baling-baling mesin pecah, kemungkinan terkena karang atau sampah kayu. kamipun menepi sebentar disalah satu pantai. Pulau ini juga katanya tak berpenghuni, namun dari sampah-sampah bungkus makanan dan bekas-bekas pembakaran, sepertinya sebelumnya ada orang yang camping disana, atau sekedar singgah dan menyalakan api. Sembari Pak Abi dan para kru kapal lainnya memeriksa tingkat kerusakan baling-baling, kamipun menikmati pantainya, foto-foto, dan beberapa pria menepikan dirinya agak kedalam pulau. Termasuk saya. Mencari tempat yang agak tersembunyi sebagai tempat pipis. Lega.

Pak Abi dan para kru kapal memeriksa baling-baling kapal

Anak-anaknya Pak Bos mengumpulkan kulit kerang-kerang. mengingatkan saya pada kumpulan kulit-kulit kerang yang saya bawa dari Pantai Pangabatang, Maumere, NTT dulu ke Tangerang. Titipan teman saya. Mudah-mudahan sekarang mereka (kulit-kulit kerang) itu masih aman di kampung halaman saya, di Dolok Sanggul. 

Setelah semua penumpang masuk ke kapal, kamipun melanjutkan perjalanan. Kami diminta untuk masuk kedalam saja, ombak di depan kemungkinan akan besar. Pak Boni melajukan kapal sambil sesekali memperlambatnya menyesuaikan dengan ombak, jika memaksakan diri menerjang ombak, akan menimbulkan goncangan yang bagi (sebagian) ibu-ibu sedikit mengkhawatirkan. Mirip ibarat melajukan kendaraan melewati jalanan yang ada polisi tidurnya... 

Kurang lebih 3,5 jam akhirnya kami sampai di Siai, pos pengawasan dan tempat para pengunjung melapor sebelum berangkat ke Mountain 1 dan/atau Mountai 2. Nah pelaporan ini membutuhkan PIN yang bisa dibeli di Sorong, harganya Rp 250ribuan. Berlaku untuk 1 tahun Satu PIN berlaku untuk 1 orang, kecuali anak-anak. Pihak penjaga di pos ini sudah diinstruksikan oleh Dinas Pariwisata untuk memulangkan pengunjung yang tidak membawa PIN. Nah, kami sama sekali tidak ada yang bawa PIN dikarenakan miss komunikasi. Akhirnya penjaga pos mengharuskan kami membayar Rp 100.000 per orang. Buat teman-teman yang mau kesana, tidak disarankan bertaruh berangkat kesana tanpa PIN biar cuma bayar Rp 100.000. Tidak disarankan kawan...

Plang Pos
Setelah urusan PIN selesai. Lanjut ke masalah penginapan. Di Siai ini baru ada 4 kamar penginapan. 2 dipakai para petugas disana, sisanya bisa disewakan. Tarifnya Rp 300.000 per kamar. Tersedia 4 tempat tidur, dan terus terang saya tidak melihat kondisinya sama sekali. Cuma dengar pembicaraan dari penjaga. Namun, bos bilang cukup bagus. Dua kamar yang disewakan kemudian disewa satu oleh pak boss dan keluarganya, satu lagi untuk Ibu Erni dan anak-anak serta pembantunya. Kami bertiga? Nanti ada ceritanya kawan... :)

Urusan penginapan selesai, lanjut ke urusan perut. Kamipun membawa barang bawaan kami dari kapal, termasuk makanan yang kami bawa. Waktunya bersantap siang. Kurang lebih jam masih disekitaran belum jam 11. Kami dengan lahap menikmati makanan kami. Kami bertiga dan para kru kapal menikmati makanan kami di dermaga dekat kapal bersandar. Kasih saja sisa-sisa makananmu ke ikan-ikan yang berenang ria disekitar dermaga. Pasti mereka berebutan. Itu juga pemandangan yang unik... :D

Kapal bersandar di dermaga Siai.
Beberapa Hiu berseliweran di sekitar dermaga.
Katanya kalau hiu kecil begini tidak bahaya kalau kita snorkling disitu..

Heheheh
 Setelah santap siang, kami tak mampu menahan diri untuk tidak berenang di sekitar dermaga. Snorkling. Menikmati seliweran ikan-ikan yang sangat banyak itu. Pria macam saya ini memang paling tidak tahan kalau sudah ketemu laut, danau, dan kawan-kawannya... Langsung pingin bercumbu. Marilah dulu kita bercumbu duhai laut. Janganlah kalian malu-malu para ikan-ikan, masih ada sedikit waktu sebelum melajukan kapal menuju Mountain 2...


3 comments:

Zizy Damanik said...

Aduh.
Pengen deh ke Raja Ampat...
Mudah-mudahan nanti bisa ke sana.... harus belajar diving dulu nih biar puas...

Irma Senja said...

Teman saya pernah liburan ke sana, dan pulang dgn kulit yg eksotik krn terjemur matahari... tapiii gak papa kulit gosong kalo bayarannya ke raja ampatttt xixixi...

senangnyaaaa...indah banget ya lautnya.

mak beL said...

PIN itu apaan ya to? Sejenis tiket masuk?

Transport seharga 15-20 jt utk 3,5 jam perjalanan?!! udh smp eropah pake pswt harusnya....bener2 no pain, no gain =(