Dalam perjalanan pulang dari Siai, saya tetap memilih naik diatas kapal. Hampir selalu sendirian diatas, karena kebanyakn Pak Nando duduk sebagai navigator di moncong kapal. Singgah di sebuah dangau yang ternyata gunung dibelakangnya itu mengalirkan sumber air tawar yang cukup deras. Kapal disandarkan, dan kami bergantian keluar menuju dangau itu. Banyak ikan-ikan kecil disekitarnya. Teman-teman menikmatinya...
Saya meregangkan otot-otot saya. Menikmati setiap kontraksi otot-oto yang sebagian menimbulkan bunyi khas... Pagi ini indah Kawan..
Dangau |
Ikan-ikan |
Air tawar yang mengalir dari gunung sebagian ditampung di profil tank ini Sebagian lagi tumpah melalui pipa. Pipa itu bisa diputar arahnya jika mau mandi, atau sekdar cuci muka. |
Ternyata air tersebut dimanfaatkan penduduk yang "agak" jauh dari lokasi tersebut Ini salah satu penduduk yang membawa jerigen2 naik kapal untuk mengambil air bersih tersebut |
Nah, kalau yang ini bandit yang baru balik dari bukit dibelakangnya setelah pipis |
"Agak" puas menikmati pemandangan disini, termasuk airnya, kamipun melanjutkan perjalanan pulang. Kali ini saya diatas kapal bersama salah satu teman saya. Teman saya yang satunya, Fuad, khawatir kena vertigo karena matahari sedang tersenyum lebar, diapun masuk ke dalam kapal... Deru mesin kembali memacu kapal membelah perairan. Sesekali kami berpapasan dengan kapal lain. Agak jauh, tapi ketika kami melambaikan tangan ke arah mereka, mereka (penumpangnya, bukan kapalnya), juga membalasnya... :D. Indonesia...
Kemudian melewati perairan yang banyak pusaran airnya itu, kami berpapasan juga dengan kapal yang dikemudikan bule, didampingi anak-anak lokal yang besar kemungkinan adalah guidenya... Terpikir rasanya bisa mengemudikan kapal dan memilikinya juga... :D. Manusia...
1 comments:
keren
Post a Comment