Ross - Aron |
Akhirnya sampai juga di Sorong dengan harapan semoga ini bukan yang pertama dan terakhir saya ke Raja Ampat. :D
Saya suka jalan kemana-mana. Terlebih suka kalau itu bersamamu.
Bagi sebagian orang, jalan-jalan itu adalah tentang kemana. Bagi yang lain tentang bagaimana. Sebagian lagi ngapain. Ada juga yang tentang kapan. Dan ada lagi, dengan siapa. Atau kombinasi dari beberapa atau semua itu.
Tentang kemana. Adalah mengasyikkan bagi beberapa orang bangun pagi ditempat yang belum pernah dikunjungi sama sekali. Completely strange. Katanya serasa gejolak darah rendah atau darah tinggi jadi normal. Apaaa sihhh? *gagal menemukan analogi yang tepat selain analogi bernada vulgar, jadinya begitu. Ada orang yang suka ke tempat-tempat yang terkenal, bagus, susah dijangkau karena perjalanan agak susah, mahal atau hampir tidak bisa dijangkau, atau kombinasinya. Kemudian setelah kesana, pulang pamer, bangga, berasa diatas angin sebentar, seiring berlalunya angin rasa bangganya juga berlalu. Lenyap dihembuskan angin. Ada juga yang jalan-jalan hanya untuk mencapai suatu tempat. Setelah sampai, kemudian melakukan apa yang dia mau disana, kemudian pulang. Tidak mau lagi kesana, karena sudah pernah. Biasanya kalau kita habis pulang dari suatu tempat, dan cerita kepada orang seperti ini, dia hampir selalu dengan semangatnya menimpali, "Akh, udah pernaaahh... (kesana).." dengan nada akh-ane-gak-butuh-cerita-mu-. Bah...
Tentang bagaimana. Sering kali ini menjadi pertanyaan kedua setelah, "Kamu habis darimana/kemana?", "Saya baru dari kota anu, yang tak punya anu itu, bla bla...!", "Bagaimana perjalanannya?" Nah... Beberapa orang bilang, jalan-jalan itu tentang bagaimana menuju ke/pulang dari sananya. Soalnya tempat yang dituju itu ya begitu aja dari kemarin, dulu, atau bahkan tahun lalu, sama saja dengan sekarang. Yang berbeda adalah perjalanan menuju ke/pulang dari sananya. Kejadian diperjalanan, pertemuan dengan orang, hal, peristiwa, kejadian, dan lain-lain. Tentu itu menjadi cerita tersendiri. Bahkan bagi sebagian orang cerita tentang bagaimana perjalanannya ini yang paling asyik atau seru atau bahkan paling diminati orang lain. Karena kemungkinan besar kalau kita kemudian berangkat menuju tempat yang dia tuju, cerita perjalanannya hampir pasti berbeda semuanya.
Tentang ngapain ini juga kadang-kadang agak menarik juga. Jalan-jalan ke suatu daerah bisa saja dalam rangka tugas, atau memenuhi kewajiban sebagai pemenang hadiah undian liburan, pulang kampung, menemui kekasih atau calon mertua, menemui teman, ziarah, wisata, menenangkan diri, bersenang-senang dan lain sebagainya termasuk kombinasi beberapa atau semuanya. Akan berbeda cerita wisata dengan ziarah, cerita menang undian dengan cerita menemui kekasih. Akan berbeda. Akh, kekasih. Kamu memang selalu membuat segala sesuatu berbeda. Entah jadi lebih menyenangkan atau menyusahkan (bahasa halusnya: membtuhkan lebih banyak perjuangan), tetap saja perbedaan karena adanya kamu dalam cerita perjalanan itu indah. Lebih berbeda lagi kalau jalan-jalan ke suatu tempat itu dalam rangka produksi foto pre-wed... *uhuk
Tentang kapan ini biasanya memberikan kesan tersendiri. Bahkan kesan detik-detik sebelum berangkatnya. Apalagi waktunya bertepatan dengan hari-hari khusus. Pulang kampung dalam rangka Natal-Tahun Baruan, Lebaran, nikah+kawin (*eh). Jalan-jalan dalam rangka tugas kawin (*eh, kok kawin lagi). Kisah menarik sering terjadi jika kita ke suatu tempat (entah direncanakan atau tidak) bertepatan dengan adanya acara khusus di daerah tersebut, entah tradisional, nasional atau bahkan internasional. Misalnya ke Raja Ampat bertepatan dengan Festival Raja Ampat, ke Jayapura dengan even Festival Papua (atau Jayapura), ke Larantuka bertepatan dengan rangkaian acara Paskah, ke Danau Toba bertepatan dengan Festival Danau Toba, dan lain sebagainya... Menarik.
Dengan siapa. Nah, bagi banyak orang biasanya ini sangat menarik, atau menyenangkan. Pulang kampung bersama keluarga tercinta. Ke Raja Ampat dengan kekasih/istri. Dengan teman sekantor, dengan sahabat dari jauh, atau bahkan dengan orang yang belum dikenal sama sekali... Berbeda-beda kesan dan kisahnya.
Tentang dengan siapa ini, selama perjalanan menuju ke/pulang dari Raja Ampat, pikiran saya tak bisa lepas dari senangnya membayangkan jika perjalanan ini ada si Ross bersama saya. Jaket yang dikirimkannya dari Munchen sana sengaja saya bawa dan pake memang untuk menemani saya ke Raja Ampat. Aneh memang kalau seseorang yang bergelar bandit ngomong begini. Tapi begitulah adanya...
Kata Sang Guru, "Boleh-boleh saja berharap sesuatu yang lain yang berbeda dengan yang ada dihadapan kita saat ini. Tapi jangan lupa untuk menikmati apa yang ada di hadapan kita saat ini. Adalah kurang bersyukur kalau tidak begitu". Dan memang benar begitu...
Bisa ke Raja Ampat (hingga ke Wayag) adalah salah satu bagian "kecil" dari impian yang ingin saya capai selama saya merantau di Papua ini. Meski saya bilang bagian "kecil", biarlah rasa syukur saya yang "membesarkannya". Impian yang menjadi kenyataan. Setelah nyata, melahirkan impian-impian lain yang ingin saya capai. Impian-impian baru dan impian-impian yang memperbaharui impian-impian sebelumnya.
Ross, tidakkah saya terlihat menikmati "jaket" ini? |
Ini penutup kisah perjalanan saya dan teman-teman ke Raja Ampat. Untuk yang pertama kalinya untuk saya. Semoga benar kata Sang Guru, ketika satu pintu tertutup, pintu yang lain sudah terbuka. Dan semoga hal itu berlaku juga buat kisah. Saat kisah ini menutup sampai disini, semoga membuka kisah lainnya.
Selamat malam kawan, selamat bermimpi dan jangan lupa bangun untuk mewujudkannya. Tak masalah kalau harus menderita untuk memperjuangkannya. Toh kita bisa "tidur" lagi, kemudian memimpikannya lagi, bangun dan memperjuangkannya kembali. Jangan berhenti, sampai sang tidur kekal menjadi bagianmu...
1 comments:
numpang baca
Post a Comment