Akh, lama tak memberi kabar tentang Togap dan kekasih hatinya si Marlina sejak postingan disini, dan disini.
Ini ada sedikit kisah saat si Togap kemudian mengunjungi kekasih hatinya itu ke rumahnya. Marlina ini tinggal dengan kedua orangtuanya. Bapak si Marlina merupakan Tulang si Togap., sehingga masih keluarga. Karena menganggap masih bagian dari keluarga, terutama karena diperantauan, bapaknya si Marlina jadi akrab dengan si Togap. Sering maen catur bareng, bersenda gurau, bahkan bercanda. Seperti itulah biasanya, kekompakan selalu terjalin tatkala ada hal-hal yang sama-sama menarik perhatian kita. Atau juga ada hal-hal yang sama-sama menarik minat kita.
Suatu sore di hari Sabtu, Togap merasakan rindu yang menggebu-gebu (halah) terhadap kekasihnya si Marlina ini. Dibawanya motor bututnya itu, dengan pakaian sederhana dan sandal jepit kebiasaannya. Dia merasa beruntung bisa tampil sederhana dan apa adanya saat berkunjung ke rumah si Marlina, tak perlu takut dipandang rendah oleh orangtua si Marlina. Itulah sebagian kecil dari rasa kekeluargaan.
Tiba di rumah si Marlina, Togap bertemu dengan Bapak si Marlina, ngobrol basa-basi.
"Bah, na ro do ho bere...!" (Bah, yang datangnya kau bere..?) sambut bapak si Marlina yang kala itu sedang asyik mencuci mobilnya. Biasanya hari Sabtu mobil mereka memeang di cuci supaya besoknya ke gereja dipakai sudah bersih.
"Ido Tulang!" (Iya Tulang) jawab si Togap sekenanya. Kemudian melipat celananya, menggulungnya hingga kelutut. "Dia hugantihon Tulang...!" (Sini kugantikan Tulang). Kemudian menggantikan Bapak si Marlina menyelesaikan prosesi cuci mobil itu.
Ya, rata-rata pria yang jatuh cinta dengan benar dan benar-benar jatuh cinta itu jadi pandai mengambil hati ayah si kekasih. Rata-rata.
Sambil menunggu mobil kering sedikit untuk dimasukkan ke garasi, Togap kemudian merapikan alat-alat cucian.
"Songon na so tarida si Marlina, Tulang...?!" (Sepertinya si Marlina tidak kelihatan Tulang?" bertanya dengan nada santai. Sambil mengangkati karpet mobil dan menjemurnya.
"Di jabu do, namangaloppa do ibana mungkin ...!" (Di rumah nya, dia sedang memasak mungkin..!) jawab Tulang.
"Ohhh...!" Togap sudah selesai menjemur karpet. Tinggal nunggu kering kemudian mencuci kakinya. Dan...
"Lho, nga tudia solop hi?" (Lho, kemana tadi sandal saya itu?)
"Bah, tudia nakkin dibahen ho?" (Bah, kamu taruh dimana rupanya tadi?) Nantulang datang, baru dari dapur.
"Dison do nakkin..!" (Ah, disini nya tadi...!)
"Bereng jo tupudian, atik boha disarat biang...!" (Coba lihat kebelakang, siapa tahu dibawa anjing). Anjing si Marlina memang doyan mainan sandal. Sudah beberapa sandal jadi korbannya.
Maka si Togap ke dapur, dan menemui kekasihnya itu sedang memasak. Cantik kali dia bah... Cantik kali... *melanglang buana ke khayalan tingkat tinggi. *bisa ditambahkan sedang ada bunga-bunga berguguran. Indah.
Dan kembali ke alam semesta.
Pinginlah si Togap minta dicium sama si Marlina ini. Tapi bingung caranya. Lagian tubuhnya si Togap juga sedang bau keringat, keringat mencuci mobil tadi. Dan sandal itu membantunya.
"Marlina, enak kalilah kulihat masakanmu itu?" basa-basi. Dan basi.
"Ehmmm...!" tak terlalu menanggapi si Togap.
"Ah, janganlah begitu kau Marlina... Abang sudah datang jauh-jauh ini, masa kau cemberut begitu...!" basi lagi.
"Biarin...!"
"Ah, Marlinaku inilah, sudah pacaranpun tak ada dibaik-baikinnya awak...!" melas. Dan basi. Tetep.
"Hwekkk...!" si Marlina melet doank. Menjulurkan lidahnya. Dan mata si Togap malah terpaku pada lidah, dan bibir itu. Heyaaaa
"Ehm, kucimlah kau ya...." kata si Togap.
"Heee, awas kalo berani..." mengacungkan pisau yang sedari tadi digunakannya mengiris cabe buat sambel kecap. "Dimarahi bapak nanti bodok...!" geram, dan lucu.
"Eh, Tulang itu gak marah. Udah dibolehin pun....!" kata si Togap.
"Enak aja kau dibolehin...!" protes si Marlina.
"Dengarlah kutanya sama Tulang...." kemudian Togap memalingkan wajahnya. "Tulaaaang, ternyata sama si Marlina. Gak dikasihnya...!" teriak Togap kepada Tulangnya yang lagi duduk santai di ruang tamu sama Nantulang.
Bapak si Marlina mikir kalau itu tentang sandal, tentang sandal si Togap yang (mungkin) ternyata di pakai atau disembunyikan si Marlina, dan si Marlina tidak mau memberikannya.
"Gak mau si Marlina ngasih Tulang...!" teriak si Togap lagi... Si Marlina bingung. Abang ini berani juga pikirnya.
"Kasihlah itu Marlina...!" teriak bapak Marlina dari ruang tamu. Asyik dengan koran yang belum selesai dibacanya.
"Akh, gak mau aku Pak...!" kata si Marlina. Kaget. Apaaa? Bapakku nyuruh saya ngasih ciuman sama si Togap?. Macam mana ini? Marlina mikir bapaknya nyuruh si Marlina ngasih dicium sama si Togap.
"Ih, sudah disuruh Tulangpun masih gak mau kau ya...!" protes si Togap...!. Mecucu muncungnya. Cemberut yang dibuat-buat. "..gak mau dia Tulang...!" kata si Togap lagi.
"Kasihlah itu Marlina, masa itu saja tak mau kau ngasih akh...!" kata bapak Marlina agak lebih keras. Masa sandal saja tak dikasih, begitu pikir Tulang itu.
"Tuh khan...!" kata si Togap, kemudian merapat ke si Marlina.
Pipi marlina memerah. Merona merah. Namun tak menolak saat si Togap makin mendekatkan wajahnya.
Chups... kemudian mengecup pipi si Marlina. Sesaat itu indah sekali. Dan kali ini tidak basi lho. Basa(h).
"Udah.. udah.., sana...!" si Marlina mendorong si Togap dengan lengannya. Kemudian mengusap pipinya yang basah, dan memerah. Togap menang. Dan menyodorkan pipinya.
Kepalang tanggung, dikecup si Marlina juga. Chups... "Udah sana...!" dorong si Marlina lebih keras. Togap menjauh. Senang. Menjauh hingga ke langit. Terbang.
Tak berapa lama Tulang datang dari ruang tamu...
"Kasihlah Marlina, masa sandalnya diapun gak kamu kasih, pulang pake apa dia nanti...!" Tulang datang sambil membawa koran yang tadi dibacanya.
"Sudah kok Tulang...!" kata si Togap. "Sudah ketemu sandalnya...!" kemudian nyengir ke si Marlina.
Merasa dikibuli, muka Marlina makin memerah, dan tatapannya menajam menghujam si Togap. Dalam hati si Togap berdoa semoga pisau itu tak melayang. Karena sudah sore dan masakan sudah masak, si Togap pun di ajak makan sama-sama. Makan malam pertama terindah di hidup si Togap. Meski dia yakin setelah ini bakal ada "perang" antara dia dan kekasihnya Marlina.
Ini ada sedikit kisah saat si Togap kemudian mengunjungi kekasih hatinya itu ke rumahnya. Marlina ini tinggal dengan kedua orangtuanya. Bapak si Marlina merupakan Tulang si Togap., sehingga masih keluarga. Karena menganggap masih bagian dari keluarga, terutama karena diperantauan, bapaknya si Marlina jadi akrab dengan si Togap. Sering maen catur bareng, bersenda gurau, bahkan bercanda. Seperti itulah biasanya, kekompakan selalu terjalin tatkala ada hal-hal yang sama-sama menarik perhatian kita. Atau juga ada hal-hal yang sama-sama menarik minat kita.
Suatu sore di hari Sabtu, Togap merasakan rindu yang menggebu-gebu (halah) terhadap kekasihnya si Marlina ini. Dibawanya motor bututnya itu, dengan pakaian sederhana dan sandal jepit kebiasaannya. Dia merasa beruntung bisa tampil sederhana dan apa adanya saat berkunjung ke rumah si Marlina, tak perlu takut dipandang rendah oleh orangtua si Marlina. Itulah sebagian kecil dari rasa kekeluargaan.
Tiba di rumah si Marlina, Togap bertemu dengan Bapak si Marlina, ngobrol basa-basi.
"Bah, na ro do ho bere...!" (Bah, yang datangnya kau bere..?) sambut bapak si Marlina yang kala itu sedang asyik mencuci mobilnya. Biasanya hari Sabtu mobil mereka memeang di cuci supaya besoknya ke gereja dipakai sudah bersih.
"Ido Tulang!" (Iya Tulang) jawab si Togap sekenanya. Kemudian melipat celananya, menggulungnya hingga kelutut. "Dia hugantihon Tulang...!" (Sini kugantikan Tulang). Kemudian menggantikan Bapak si Marlina menyelesaikan prosesi cuci mobil itu.
Ya, rata-rata pria yang jatuh cinta dengan benar dan benar-benar jatuh cinta itu jadi pandai mengambil hati ayah si kekasih. Rata-rata.
Sambil menunggu mobil kering sedikit untuk dimasukkan ke garasi, Togap kemudian merapikan alat-alat cucian.
"Songon na so tarida si Marlina, Tulang...?!" (Sepertinya si Marlina tidak kelihatan Tulang?" bertanya dengan nada santai. Sambil mengangkati karpet mobil dan menjemurnya.
"Di jabu do, namangaloppa do ibana mungkin ...!" (Di rumah nya, dia sedang memasak mungkin..!) jawab Tulang.
"Ohhh...!" Togap sudah selesai menjemur karpet. Tinggal nunggu kering kemudian mencuci kakinya. Dan...
"Lho, nga tudia solop hi?" (Lho, kemana tadi sandal saya itu?)
"Bah, tudia nakkin dibahen ho?" (Bah, kamu taruh dimana rupanya tadi?) Nantulang datang, baru dari dapur.
"Dison do nakkin..!" (Ah, disini nya tadi...!)
"Bereng jo tupudian, atik boha disarat biang...!" (Coba lihat kebelakang, siapa tahu dibawa anjing). Anjing si Marlina memang doyan mainan sandal. Sudah beberapa sandal jadi korbannya.
Maka si Togap ke dapur, dan menemui kekasihnya itu sedang memasak. Cantik kali dia bah... Cantik kali... *melanglang buana ke khayalan tingkat tinggi. *bisa ditambahkan sedang ada bunga-bunga berguguran. Indah.
Dan kembali ke alam semesta.
Pinginlah si Togap minta dicium sama si Marlina ini. Tapi bingung caranya. Lagian tubuhnya si Togap juga sedang bau keringat, keringat mencuci mobil tadi. Dan sandal itu membantunya.
"Marlina, enak kalilah kulihat masakanmu itu?" basa-basi. Dan basi.
"Ehmmm...!" tak terlalu menanggapi si Togap.
"Ah, janganlah begitu kau Marlina... Abang sudah datang jauh-jauh ini, masa kau cemberut begitu...!" basi lagi.
"Biarin...!"
"Ah, Marlinaku inilah, sudah pacaranpun tak ada dibaik-baikinnya awak...!" melas. Dan basi. Tetep.
"Hwekkk...!" si Marlina melet doank. Menjulurkan lidahnya. Dan mata si Togap malah terpaku pada lidah, dan bibir itu. Heyaaaa
"Ehm, kucimlah kau ya...." kata si Togap.
"Heee, awas kalo berani..." mengacungkan pisau yang sedari tadi digunakannya mengiris cabe buat sambel kecap. "Dimarahi bapak nanti bodok...!" geram, dan lucu.
"Eh, Tulang itu gak marah. Udah dibolehin pun....!" kata si Togap.
"Enak aja kau dibolehin...!" protes si Marlina.
"Dengarlah kutanya sama Tulang...." kemudian Togap memalingkan wajahnya. "Tulaaaang, ternyata sama si Marlina. Gak dikasihnya...!" teriak Togap kepada Tulangnya yang lagi duduk santai di ruang tamu sama Nantulang.
Bapak si Marlina mikir kalau itu tentang sandal, tentang sandal si Togap yang (mungkin) ternyata di pakai atau disembunyikan si Marlina, dan si Marlina tidak mau memberikannya.
"Gak mau si Marlina ngasih Tulang...!" teriak si Togap lagi... Si Marlina bingung. Abang ini berani juga pikirnya.
"Kasihlah itu Marlina...!" teriak bapak Marlina dari ruang tamu. Asyik dengan koran yang belum selesai dibacanya.
"Akh, gak mau aku Pak...!" kata si Marlina. Kaget. Apaaa? Bapakku nyuruh saya ngasih ciuman sama si Togap?. Macam mana ini? Marlina mikir bapaknya nyuruh si Marlina ngasih dicium sama si Togap.
"Ih, sudah disuruh Tulangpun masih gak mau kau ya...!" protes si Togap...!. Mecucu muncungnya. Cemberut yang dibuat-buat. "..gak mau dia Tulang...!" kata si Togap lagi.
"Kasihlah itu Marlina, masa itu saja tak mau kau ngasih akh...!" kata bapak Marlina agak lebih keras. Masa sandal saja tak dikasih, begitu pikir Tulang itu.
"Tuh khan...!" kata si Togap, kemudian merapat ke si Marlina.
Pipi marlina memerah. Merona merah. Namun tak menolak saat si Togap makin mendekatkan wajahnya.
Chups... kemudian mengecup pipi si Marlina. Sesaat itu indah sekali. Dan kali ini tidak basi lho. Basa(h).
"Udah.. udah.., sana...!" si Marlina mendorong si Togap dengan lengannya. Kemudian mengusap pipinya yang basah, dan memerah. Togap menang. Dan menyodorkan pipinya.
Kepalang tanggung, dikecup si Marlina juga. Chups... "Udah sana...!" dorong si Marlina lebih keras. Togap menjauh. Senang. Menjauh hingga ke langit. Terbang.
Tak berapa lama Tulang datang dari ruang tamu...
"Kasihlah Marlina, masa sandalnya diapun gak kamu kasih, pulang pake apa dia nanti...!" Tulang datang sambil membawa koran yang tadi dibacanya.
"Sudah kok Tulang...!" kata si Togap. "Sudah ketemu sandalnya...!" kemudian nyengir ke si Marlina.
Merasa dikibuli, muka Marlina makin memerah, dan tatapannya menajam menghujam si Togap. Dalam hati si Togap berdoa semoga pisau itu tak melayang. Karena sudah sore dan masakan sudah masak, si Togap pun di ajak makan sama-sama. Makan malam pertama terindah di hidup si Togap. Meski dia yakin setelah ini bakal ada "perang" antara dia dan kekasihnya Marlina.
16 comments:
hahahahhahha..
kau tau bandit, aku baca postinganmu ini tengah malam. jadi ketawwa sendiri, kya org gila.
sepertinya true story ini.
hmmmm.. kapan2 mo kupraktekkan cara yg diajarkan si bandit ini. *nah loh.. hahaha
vivi manise: hahahah, eh itu khan buat laki2 lho, masak cewek yg praktekin? :D
gyahahaha, saraapp :)). Yang satu ngiranya apa, yang satunya ngiranya apa. Si Togap memang pandai! :))
cerdas!!
hahahahhahaha,ngaco aja ya.......sungguhan nih critanya?ato pengalaman pribadi ni
Hehehe...
Saya berasa dilemparkan ke Sumatra utara beneran, hihihi...
Baca si bandit kaya nonton naga bonar yaa hahhaa
apa itu tulang? bisa dibeli di supermarket??
:D
Mbak Devi: :)
Mbah Jiwo: saya gak tanggung jawab kalo ditiru lho... beneran.
Nova: Ini sungguh2 cerita... sungguh2 cerita
Mbak Dian: hihihih
Gogo: Hoooo... :D
Gek: ish Gek... hhahah, (Tulang tu khan Paman, i know you know) :D
mengacungkan pisau yang sedari tadi digunakannya mengiris cabe buat sambel kecap. "Dimarahi bapak nanti bodok..
Hahahaha....ga ada matinya si Togap ini...pintar kali dia...ahhahaa
nikah sana bang aron hahah :D
jelek ah ke malang gak traktir2
Nda: heheheh, situ yg tak ada kabarnya... :D
Riki: :D
Cannes: dan..?
hahahaha.. co cwiittttt..
Togaapp, ak jg mauuuu hahaha...
ito nanzzzcy: Sini sini sini.... hahahahah
huhahahhahhaha....canggih..canggih....klo gt laen kali minta yang laen
Post a Comment