A Tribute to Kain Pel Kosan

Nah, masih ide dari toilet ketika saya membasahi kain pel ini untuk mengepel kamar saya kemarin. Tadi sebelum mengepel kamar saya lagi, sengaja minta di foto teman kosan untuk postingan ini...

Menurut kain pel ini (bukan menurut saya), seharusnya yang namanya pelayanan dan pengorbanan demi tujuan yang mulia itu mestinya seperti dia. Dari sesuatu yang putih bersih jadi kumal dan kotor demi membuat lantai kamar dan lemari, meja, kursi, bahkan tempat tidur dikamar saya jadi bersih. Dari sesuatu yang baru, bagus dan menarik jadi sesuatu yang buruk, jelek dan rusak tak jelas demi kamar dan isinya yang bersih. Mestinya, manusia juga mampu seperti itu atau bahkan lebih dari itu. Hanya saja jarang ada yang mau. Maunya negara yang bersih, aman, nyaman, adil dan makmur, namun buang sampah ketempatnya saja tidak mau. Jadi ingat tesis salah satu teman, yang sedikit banyak kesimpulannya pengunjung disuatu tempat wisata itu mau tempat wisatanya bersih, dikelola dengan baik namun tidak rela jika untuk mencapai kebersihan dan pengelolaan yang baik itu harus membayar karcis masuk lebih mahal, bahkan buang sampah ketempat yang telah disediakan saja kadang ogah-ogahan. (Terlepas dari itu bukan masalah satu-satunya tentang kebersihan dan pengelolaan itu). Pada umumnya homo sapiens mungkin memang seperti itu, memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai atau mendapatkan sesuatu yang baik tidak selalu dibarengi dengan kemauan bekerja keras dan berkorban lebih banyak. Mungkin terlalu banyak menyerap teori ekonomi jaman dulu, dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Atau mungkin sebenarnya tidak punya keinginan yang baik untuk orang lain, masyarakat, atau negara selain hanya untuk diri sendiri. Egois. Akh, tapi mungkin karena saya masih termasuk spesies homo sapiens yang begitulah makanya six pack saya yang dulunya ada, tapi sekarang udah hilang dan gak balik-balik.... :D. Padahal udah 4 kali lebaran... | *sit up 25 kali

*balik lagi, *tepuk2 perut opek

Kain pel ini, padahal bukan dia yang menginginkan kebersihan kamar saya. Tapi ya karena dialah kamar saya bisa bersih dan bersih lagi. Iya, tapi khan itu karena kain pel tidak bisa protes, berontak, demo dan/atau menciptakan konspirasi-konspirasi? Yah, dan seharusnya kita tidak harus kehilangan kemampuan protes, berontak, demo dan/atau menciptakan konspirasi-konspirasi untuk mau dipakai menjadi kain pelnya negara ini. Akh...

Kain pel ini dulu dibeli (kata teman saya pake uang kas kosan) hampir 2 tahunan, digunakan untuk mengepel sejak baru saja dia dibeli. Setelah sekian lama lambat laun jadi kotor, rusak dan jadi eksotis begini. Dan saya pikir ada baiknya saya membuat postingan tentang kain pel ini, sekedar untuk mengenang atau semacam ucapan terima kasih karena telah berjasa dalam membantu tercipta dan terjaganya kebersihan kamar saya... :D. Dan berikut, puisi untuknya...

Kain Pel...
Terimakasih telah berguna sebagaimana mestinya
Dibasahi, diperas, digosokkan kelantai
Dibilas, dijemur dan terlupakan sementara
Diingat lagi, dibasahi, diperas, dipelkan kelantai
Dibilas, dijemur, dan terlupakan
Masih untuk sementara

Kamar bersih itu jasamu
Debu "menghilang" itu karenamu
Sampah lenyap itu baktimu

Waktu berlalu
Bentukmu rusak
Waktu berlalu
Warnamu hilang
Waktu berlalu tubuhmu robek
Dan waktu berlalu
Jasamu tetap

Tak berontak, tetap berkorban
Tak banyak cakap, tetap taat
Tak banyak protes, tetap teguh
Sekali berarti, sudah itu terlupakan
Yang diingat hanya kamar yang bersih

Terimakasih kain pel...
Terimakasih karena tidak memandang dirimu sebagai babu
Jaya selalu didunia kebersihan...
Maaf, kalau saya belum jadi kain pel yang baik untuk negara ini
Dan saya tahu "setidaknya-tidak-jadi-sampah-negara" bukanlah alasan