Haleluyaaaaaa... Chance....!
Macam begitulah salah satu ucapan selamat yang saya dapatkan dari salah seorang teman, teman baik. Ucapan selamat karena akhirnya saya bakal mencapai Irian Jaya. Tepatnya di Sorong. Dan malam ini adalah malam terakhir saya di Bintaro, di kamar kosan, sebelum nanti dini hari menuju Bandara Soekarno - Hatta untuk penerbangan Lion Air jam 05.00...
Senang rasanya impian untuk menginjakkan kaki di pulau paling timur Indonesia kita akhirnya tercapai juga setelah sebelumnya sudah menginjakkan kaki di Sumbawa Besar (NTB) dan Maumere (NTT)... Nikmat. Ada kadang-kadang rasa bergetar-getar di tubuh ini. Bahkan kadang jadi melonjak, kegirangan... Namun kadang juga ada kegalauan yang datang menghinggapi. Bahkan sesekali berhasil mengekang rasa getar-getar tadi.
Kamis, 4 April yang lalu, pengumuman penempatan kami keluar. Teman saya si Yosua sms saya lebih dulu, "Haleluyaa, bener-bener Sorong, Ron...!". Sms yang menggerakkan saya untuk membalasnya, "Temen thaa?" (Beneran kah?), sambil menyalakan laptop untuk melihatnya dengan mata kepala sendiri. Dan saya lihat udah ada beberapa ucapan selamat juga di wall facebook saya. Setelah memastikan kebenaran pengumuman itu, saya kemudian melipat tangan, berdoa, menguccap syukur sekaligus memohonkan kekuatan dari Tuhan, supaya saya mampu bertanggung jawab atas ditempatkannya saya di Sorong. Kedua orang tua saya waktu itu sedang tidak ada di rumah. Emak melayat orang meninggal, bapak ke kebun, si bungsu kami entah kemana waktu itu.
Puji Tuhan. Meski awalnya Emak saya merasa sedih mengingat betapa jauhnya Papua itu baginya, namun akhirnya beliau mengucap syukur juga. Langsung "marhobas" (bergegas) mengolah kopi yang kurang lebih sudah seminggu di jemurnya. Besoknya kopi itu kami bawa ke Dolok Sanggul untuk di giling, kemudian di bungkusi, sebagian untuk family di Surabaya, sebagian untuk Pak Pendeta di Bintaro, dan sebagian untuk saya sendiri... Semoga terasa "nostalgic" nanti ketika menyeruputnya di Sorong... Makasih banyak Mak.. :-)
Tentang kegalauan yang tadi saya singgung. Kadang datang ke pikiran saya kalau misalnya saya penempatan Siantar atau Medan, saya bisa (atau lebih memungkinkan) menjemput si Ross ke bandara yang rencananya pulang Desember ini dari Jerman. Dan lebih mudah untuk settle mengingat rencana menikah tahun depan. Nah, hinggaplah kadang kehalauan itu. Dan puji Tuhan, kegalauan ini cukup kuat untuk mengantar saya untuk berlutut, berdoa, dan akhirnya saya kuat lagi. Penuh dengan pikiran-pikiran positif lagi. Semangat lagi, bergetar-getar lagi... Terimakasih rasa galau...!
Seperti kata-kata yang saya ucapkan kepada kekasih saya, si Ross, ketika impiannya ke Jerman tercapai, demikian jugalah kata-kata yang saya harus pertanggungjawabkan juga, "Ketika impianmu tercapi, silahkanlah bersenang-senang, namun jangan terlena. Impian itu menuntut suatu tanggungjawab. Bertanggungjawablah terhadap tercapainya impian itu. Bertanggungjawab terhadap tugasmu ke Sorong sebagai pegawai, bertanggung jawab sebagai perantau atau pendatang, dan selanjutnya...!"
Seperti kata-kata yang saya ucapkan kepada kekasih saya, si Ross, ketika impiannya ke Jerman tercapai, demikian jugalah kata-kata yang saya harus pertanggungjawabkan juga, "Ketika impianmu tercapi, silahkanlah bersenang-senang, namun jangan terlena. Impian itu menuntut suatu tanggungjawab. Bertanggungjawablah terhadap tercapainya impian itu. Bertanggungjawab terhadap tugasmu ke Sorong sebagai pegawai, bertanggung jawab sebagai perantau atau pendatang, dan selanjutnya...!"
Nah, dan tentang harapan saya selama di Sorong nanti, semoga saya mampu memberikan yang terbaik yang bisa saya berikan untuk Tuhan, untuk bangsa, untuk organisasi dan untuk kantor. Semoga saya diberikan pelajaran yang terbaik yang bisa saya dapatkan. Tentang Tuhan, hidup, manusia, bangsa dan hal lain yang mungkin belum terpikirkan oleh saya, dan tentang mencintai semuanya itu. Dan semoga saya beroleh kekuatan dan kedewasaan untuk mempelajarinya. Dan semoga kesempatan untuk kuliah ke D IV terbuka lebar bagi saya.... Ha he ha he...
Terimakasih buat Tuhan Yesus atas kesempatan indah ini. Terimakasih telah keras dan luar biasa membentuk iman saya dengan cara-Mu. Ajari saya senantiasa menikmati pembentukan-Mu...
Terimakasih buat kedua orangtua saya yang seringkali bahkan meneteskan air mata untuk mendoakan saya. Don't worry Mom.. Sorong itu dekat, di Sorong itu enak Mak. Tinggal hundul, sahat ma... Hehehe
Terimakasih buat hamba-hamba Tuhan yang banyak sekali mendukung saya dalam doa dan juga nasehat.
Terimakasih buat keluarga yang juga telah dengan penuh kasih memberikan saya doa, dukungan dan nasehat
Terimakasih buat kekasih saya, Ross, yang bahkan walaupun ikut galau namun tetep menghibur saya. Rasanya memilih penempatan ke Sorong itu kayak memilih kamu jadi kekasih saya. Penuh cinta, perjuangan, butuh keyakinan, pengorbanan, minus galaunya tentu. Dan terimakasih telah membuat rasa galau itu jadi sesuatu yang lucuuuu banget... Ha ha ha
Terimakasih buat teman-teman ketika di Sumbawa, di Maumere, temen-teman kuliah di Tangerang, dan teman-teman di gereja..
Dengan ini, saya @banditperantau, mohon doa dan pamit untuk merantau lebih jauh lagi. Ke Sorong...
*senyum lebar
4 comments:
Selamat ito, semoga sukses di tempat yang baru :) Gbu
Selamat ya...
emang selama masih muda ayo ke mana aaja
Tuhan berkati :D
oalah le, seng semangat...!
jo lali D4
Joice: hehehehe, mauliate ito... Gbu...
Rosa: Jangan kemana aja... ke yang halal2 aja... *bah heheh. Iya kakak, ayo...! God bless you too... :)
Ata: ayo wes budhal bareng... ahahhaha
Post a Comment