Tentang mengucap syukur dalam segala hal, pada umumnya kita bersyukur ketika:
- mendapat sesuatu yang ajaib atau mujizat seperti sembuh dari sakit, menemukan sesuatu yang hilang.
- berhasil meraih sesuatu yang kita dambakan. Seperti diterima di kampus yang kita inginkan, bekerja di perusahaan yang kita dambakan, mendapatkan imbalan atas prestasi kerja yang lumayan dan sebagainya.
- mendapat sesuatu yang tidak disangka-sangka. Mungkin semacam hadiah undian...
Pertanyaannya, bagaimana dengan hal-hal yang mudah dan gampang kita dapatkan? Padahal tanpa sesuatu yang gampang kita dapatkan itu, kita tidak akan mampu bertahan hidup. Sinar matahari, oksigen (udara), air, tanah dan kawan-kawannya?
Tentang matahari. Saya teringat sinarnya, dan saya teringat terbitnya di pagi hari, dan saya teringat pagi hari dikampung saya. Ada ayam jantan berkukuruyuk, bersahutan.
Mungkin memang biasa saja seperti yang saya katakan tadi. Tapi saya menyadari, sepanjang ayam itu masih hidup dan masih mampu berkukuruyuk, dia tidak akan berhenti atau bahkan terlambat berkukuruyuk barang sekali pagi. Tidak peduli hari kemarin dia tidak mendapat jagung yang cukup, atau cacing yang cukup, tidak peduli hari ini dia bakal mendapat segenggam jagung, beras, atau sisa nasi kami tadi malam, atau bahkan tidak mendapatkannya sama sekali. Dia juga tidak tahu bakal dipotong hari ini atau tidak. Dia tetap akan berkukuruyuk... Entahlah apa yang ada dipikiran seekor ayam jantan, hingga dia senantiasa menyambut pagi dengan kukuruyuknya...
Manusia, dalam beberapa hal mungkin sama dengan ayam itu. Kita tidak tahu apa yang akan kita dapat hari ini, tidak tahu bakal kehilangan apa, tidak tahu bakal (masih) hidup melewati satu hari ini atau tidak. Namun kadang, bahkan seringkali kita berbeda dengan ayam itu. Dalam hal berkukuruyuk...
Anggap saja kukuruyuk ayam jantan dipagi hari itu adalah seruan "syukurnya" masih mendapat hari yang baru, seruan "optimisnya" masih ada kesempatan baru lagi, dan kobaran "semangatnya" masih ada harapan baru. No matter it's getting better or worse, or even will be the end of their life, the last kukuruyuk they have. Tetap saja syukur, semangat dan optimis itu mereka kukuruyukkan... Dan setelah berkukuruyuk, ayam jantan tidak pernah kembali ke kandang (suluk, kata orang Batak) untuk kembali tidur, dia akan berpetualang, mencari nafkah sepanjang hari hingga gelap tiba.
Kita tercipta lebih baik dan lebih mulia dari ayam jantan, tidak peduli saya jantan atau betina. Sudahkan kita berbuat lebih mulia dari ayam jantan itu? Atau jangan-jangan kita berpikir, buat apa berbuat lebih mulia? Toh, kita sudah tercipta lebih mulia dari makhluk lain?
*berkokok, dan berterimakasih kepada ayam-ayam kami dikampung, yang tidak hanya merelakan telur dan dagingnya untuk kami nikmati, juga karena sekarang saya sadar kalian tidak hanya tercipta untuk disembelih dan dimakan, tapi juga ada pelajaran yang kalian kukuruyukkan bagi kami setiap pagi. Dan terima kasih bagi Sang Pencipta ayam-ayam itu...
14 comments:
Yup, terkadang kita cuma mnghitung berkat "Besar" dan jarang mengingat yg "biasa".
Postingan menyentuh.
intinya ya segala yang ada besar atau kecil disyukuri,,,
Thank you for posting this blog, simple but so touching and reminding us to be thankful one..
semua akn indah bila sudah waktunya !
setuju :D
yang pasti si ayam ga akan berkukuruyuk jika ia sakit. sama halnya dg manusia yang tidak akan mampu lagi berusaha jika ia tergolek sakit. dan disaat itu, akan disadari nikmat yg selama ini tdk disadarinya sama spt nikmat udara, air, sinar matahari dll yaitu kesehatan
semua yg sudah di lakukan dengan bak pasti akan menghasilkan hal yg indah :)
ah..ayam jantan
jadi inget ayam jantannya ibu kos
setiap mau berangkat ke masjid
udah pada berkokok aja
malu ama ayam
mereka bangun duluan dari saya
artikel yang sangat bermanfaat sekali buat di pelajari, ..
info yang bagus buat di simak oleh semua orang, ...
mantap, ... bermanfaat ...
mantap nie gan sangat bagus dan sangat menarik nie gan,,,,,
nice post gan....... knjungan sore gan!!!!!!!
great post !
Post a Comment