Ke Raja Ampat: Semalam di Siai

11 July 2013
Tba di pos, di Siai, kami kemudian membereskan barang-barang kami. Keluarga Pak Bos menuju ke kemar penginapan yang sudah di booking sebelumnya, begitu juga dengan keluarga Bu Erni. Saya dan dua orang teman saya lainnya menghabiskan waktu bersnorkling ria, foto-foo, ngobrol dan lain sebagainya. Hari masih sore, langit tampat berselimut awan. Saya berharap ada sinar mentari di sore hari ini, lebih asyik mungkin pemandangannya. Tapi cuaca, ada tidaknya sinar mentari, dan lain sebagainya adalah hal-hal yang tidak bisa kita pilih dan ubah. Tapi tetap kita masih bisa mengubah cara kita menikmatinya...

Sayapun mondar-mandir di pantai pos dan dekat dermaga. Meminjam snorkle, masker dan kaki katak punya teman saya... Sesekali rebahan di pinggir pantai. Mengelus-elus rambut yang kerasnya mampu menyaingi sapu ijuk... :D. Menengadah ke langit, mengucap syukur kalau dikasih kesempatan oleh BELIAU untuk menikmati keindahan alam seperti ini, termasuk Wayag. Hari itupun, saya berharap si Ross, kekasih saya ada disamping saya. I can go days without talking to her, months (even years T.T) without seeing her, but not a second goes by that I'm not thinking about her.

Snorkling

Ikan-ikannya banyak..

Memandang ke ujung sana, ada si Ross kah disana?

Hari semakin sore, mentari semakin tak tampak. Saya memutuskan mandi dan berganti pakaian saja. Sayapun membawa peralatan mandi (yang seadanya) menuju kamar mandi. Menyabuni rambut saya dengan sabun mandi, karena lupa bawa shampo. Teringat waktu kecil di kampung kalau mandi jarang pake sabun, cuma berenang byar byur aja di kolam alam. Kalau teman tahu ada sabun balok warna hijau merek Telephone, nah kami sering mandi bersabunkan dan bershampokan itu. Handukan pun tidak. Akh, saya rindu masa-masa itu. Masa-masa dimana kami tidak peduli tentang judge orang-orang lain terhadap kami. Atau mungkin bukan karena tidak peduli, tapi karena judgement dari orang-orang itu yang tidak mempan pada kami...

Sehabis mandi, di langit hanya tampak sedikit warna akibat mentari. Tidak menyurutkan niat saya untuk berfoto-foto sebentar. Teman-teman saya menjelajahi pantai hingga jauh dari pos selama saya snorkling tadi. Dan mereka belum kembali. Terpikir oleh saya untuk menyusul mereka dan mengambil foto disana. Tapi karena saya melihat mereka sudah berjalan kembali ke arah pos, tidak jadilah.


Kadang-kadang narsis saya kambuh kalau lagi sendirian

Senjapun berangsur menjadi malam, sang mentari beringsut memasuki peraduan. Menyantap beberapa bungkus sisa makanan yang kami bawa. Angin segar dari laut menambah kelezatan makanan itu. Atau mungkin karena rasa lapar aja. Yang penting nikmat atau tidak nimat, rasa syukur harus terucap.

Kami menyiapkan lahan tidur kami di tempat-tempat nongkrong di depan pos penjagaan. Ada juga kursi permanen dari kayau disitu. Diantar oleh malam, kami menikmati camilan, soda, dan majalah yang dibawa teman saya. Kami mencoba membuat api untuk sekedar mengusir nyamuk-nyamuk. Teman saya kemudian membakar sampah-sampah kami, menumpuk kayu-kayu bakar, dan saya mengumpulkan daun-daun jarum pohon tusam yang tumbuh di dekat pos. Asap mengepul, aromanya tercium, nyamuk-nyamuk minggat... Malam ini nikmat. Yang kurang hanya kamu, Ross... :D

Malam semakin larut, mata semakin ngantuk, tubuh semakin menuntut untuk istirahat, kamipun tiduran di pasir yang kami alasi dengan karpet yang mirip gabus itu, entah apa namanya. Namun kemudian kami berpindah tempat ke pos penjagaan. Petugas yang menjadi guide kami ke Wayag tadi berbaik hati menyiapkan karpet sebagai alas kami tidur. Puji Tuhan saya jadi membawa celana training saya dan jaket kiriman si Ross. Entah karena pakaian itu, atau entah karena tidur sangat nyenyak, tak sedetikpun saya terbangun karena nyamuk. Hanya saja saya terbangun sebentar mendengar teman saya mengupas dan mengunyah kacang. Saya duduk dan langsung merebahkan diri lagi. Tidur. Nyenyak lagi...

Pagi hari kami bangun, tidak ada barang-barang kami yang hilang. Kamera, tripod, tas, pakaian dan lain sebagainya lengkap. Sayapun melangsungkan rutinitas kamar mandi saya, minus mandi tentunya.. :D. Kemudian meraih kamera dan tripod dan langsung menuju dermaga... Foto-foto... :D

Pagi hari di Siai
 Karena niat awal kami akan pulang pagi hari ini, sayapun membereskan semua barang-barang saya. Begitu juga dengan teman-teman, mesin kapal sudah mulai dipanaskan. Kami para penumpang bergantian memasuki kapal. Berdua saya dengan Pak Nando Sanadi bercokol diatas kapal. Pak Nando ingusan, matanya perih kebanyakan menahan angin mungkin... Dan saya bersyukur masih sehat-sehat saja. Dan semoga sehat untuk melanjutkan postingan cerita ini dikemudian hari... *huuraaahh...