This So(w)rong is So Right

16 June 2013
Ternyata kegalauan itu bisa hilang kalau dicuekin, atau memikirkan hal yang tidak disukai si galau itu. Cara itu berhasil membuat tawa gelak saya yang agak membahana itu mudah muncul lagi. Dulu waktu dikampung, sebelum (beneran) berangkat ke Sorong, banyak hal yang dengan meudah membuat saya tertawa lepas. Perubahan banyak hal sejak akhirnya (beneran) sampai di Sorong ini membuat saya agak jarang tergelak. Paling senyum-senyum tipis(mirip) jaim, eh jarum, eh...

Sudah dua bulan kawan saya berada di Sorong ini. Tepatnya kemarin tanggal 15 Juni. Dan dalam dua bulan ini sudah 2 kali ke Makassar, dan 2 kali melewatkan tawaran dan ajakan ke Raja Ampat.

Tawaran pertama ke Raja Ampat datang dari teman-teman kantor, cukup murah sebenarnya. Karena ada yang berbaik hati menyumbang dan lain-lainnya, Bang Manto cuma bilang nambah 1 juta aja. Rasanya bergetar bakal sampai ke Raja Ampat juga. Tapi sepertinya saya harus melewatkan tawaran yang bakal jarang atau hampir ga bakal ada lagi yang semurah itu (mudah-mudahan maksudnya yang lebih murah) :D. Bukan tanpa alasan sebenarnya saya menolaknya. Lagi butuh menghemat fulus. Oktober tahun ini rasa-rasanya berat untuk tidak pulang untuk menghadiri pernikahan kakak saya di Medan. Desember tahun ini juga saya harus pulang kampung, mengenalkan si Ross ke calon mertuanya. Mau tidak mau, pengeluaran fulus demi fulus harus diatur untuk mencukupi prioritas utama dulu.

Tawaran kedua dari Om, Bapak Pendeta saya waktu di Tangerang. Ini tawaran yang cukup bagus sekali sebenarnya. Ke Raja Ampat nya dalam rangka Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) 2 malam disana. Mulai besok sama Selasa.. Hari kerja, Bung...! (*sok-sokan)

Di dua bulan pertama ini, rasa-rasanya tak henti-hentinya BELIAU menguatkan saya. Mengingatkan dan menyadarkan saya kalau BELIAU ada dan hadir di dekat saya. Rasa-rasanya saya sudah bisa membayangkan seperti apa kesaksian saya nanti setelah pulang dari sini (entah kapan).

Banyak hal, bahkan hal-hal kecil sekalipun yang saya alami berhasil membuat saya terharu (bukan cengeng) di Sorong ini. Tuhan memberikan saya seorang Guru yang sering mengingatkan saya supaya jangan berada di Sorong hanya untuk melewatkan waktu saja. Melewatkan waktu menunggu pindah atau di mutasi. Baik karena mutasi biasa maupun karena melanjutkan pendidikan. Pikirkan sesuatu, lakukan sesuatu, dan lebih baik lagi, pikirkan lebih dari sesuatu, lakukan lebih dari sesuatu. Ajaran yang jarang saya terima. Mudah-mudahan tidak berakhir dengan gak mikirin dan gak ngelakuin sesuatu,... :D. Hal-hal seperti ini, dan hal-hal lainnya, saya sadari atau tidak, membuat saya jadi tidak hanya merasa kalau Kota Sorong ini adalah tempat yang tepat untuk saya jalani sebagai proses pembentukan saya untuk menjadi seorang @banditperantau dengan kepribadian yang saya cita-citakan.. Tapi kenyataannya memang seperti itu. Tidak hanya rasanya, sepertinya, mungkin... tapi memang benar harus begitu. Tidak saja karena saya memilih penempatan ke Sorong ini, tapi karena DIA yang mengatur semuanya hingga saya (harus) kesini. This So(w)rong feel so right and it's Soright. Thanks, for YOU the Righteous One..

Buat si Ross, untuk senyum-senyum yang baru-baru kamu terima itu, inilah salah satu alasannya. Salah satu alasan disamping alasan-alasan lain yang sudah "kusenyumkan" padamu. Ingatkan saya tentang alasan-alasan itu, karena suatu saat bisa saja saya lupa.. Terimakasih..! :)



1 comments:

Mila Said said...

wah udah lama ga kesini tnyt orgnya udah ke Sorong aja