Diklat ke Makassar : Bukan Sebuah Kebetulan

22 April 2013
Kata orang, tidak ada sesuatu hal, kejadian, atau peristiwa yang benar-benar sebuah kebetulan. Entah siapapun orang yang mengatakan itu, yang jelas saya setuju.

Dulu waktu di Maumere, saya pernah diklat ke Jakarta, 2 minggu. Menggantikan senior yang dipanggil diklat namun tidak jadi berangkat karena sudah cuti duluan sebelum panggilan diklat datang. Karena saya lebih tua (*uhuk) dari teman saya kandidat (halah) lainnya, jadinya saya yang berangkat. Diklat dari daerah Timur ke Pulau Jawa itu sesuatu yang "mengharukan" saudara-saudara... :D. Nah, kali ini kejadiannya hampir-hampir mirip, senior saya, bang Rein, yang seharusnya ikut diklat ini, tiba-tiba harus bertugas ke Jayapura bersamaan dengan pelaksanaan diklat. Singkat cerita, saya yang disuruh untuk menggantikan beliau... Entah rekor atau bukan, belum seminggu di Sorong sudah disuruh diklat ke Makassar. Hahaha. Berangkatlah banditperantau ini untuk diklat yang berbau soft competency ini...

Sehari sebelum diklat dimulai, saya tiba di Makassar setelah penerbangan kurang lebih 2 jam dari Sorong, langsung menuju loket taxi bandara dan minta diantarkan ke tempat diklatnya. Ketemu dan mengakrabkan diri dengan dua orang teman baru dari Kaimana (Papua juga) dan dari Fakfak (Papua lagi). Kemudian bareng ke Panakukang, makan, dan akhirnya memutuskan untuk nonton Oblivion, meski awalnya saya tidak sedang ingin nonton (padahal sejak dulu tidak pernah ingin nonton ke bioskop, ha ha ha).

Hari ini adalah diklat hari pertama dari 4 hari. Berkesan. Bukan karena berhasil membawa kelompok kami memenangkan lomba membuka bungkus permen pake tangan yang bersarungkan sarung tangan kiper pemain bola (ato futsal), namun karena punya kesempatan mendengarkan kisah hidup dari beberapa rekan di kantor lain. Bukan kisah tentang dikantor, namun kisah singkat tentang perjuangan hidupnya hingga sampai saat itu (tadi). Disadari atau tidak, sebenarnya setiap manusia itu bergejolak semangatnya ketika mendengar kisah perjuangan hidup seseorang. Apalagi ketika orang tersebut menceritakannya dengan nada syukur nan tulus, bukan menggurui atau memamerkan kemelaratan jaman dulunya dan kekonglomeratannya sekarang. Dan di diklat kali ini saya mendapatkannya. Saya terharu membayangkan salah satu rekan saya ini. Ceritanya dikampungnya, sekolah itu dulu bukan tuntutan, asal udah bisa baca udah cukup, udah bisa baca nanti kalau kesasar sudah bisa baca penunjuk jalan untuk pulang. Sesederhana itu. Kemudian ia pergi merantau jauh, ikut orang, pulang-pulang dari perantauan dia bilang ke orangtuanya, "Bu, saya sudah PNS...!" dan dijawab oleh polos oleh Ibunya, "Opo iku PNS, le?"

Di beberapa postingan ketika saya masih di Maumere, saya pernah menceritakan ingin berkeliling Indonesia, mengoleksi senyum anak-anak Sumbawa Besar (sudah), anak-anak Maumere (sudah), Papua (belum puas... :D). Nah, di diklat kali ini, saya bertemu juga dengan orang-orang Ambon (salah satunya teman sekamar saya malah), Makassar, Bugis, bahkan teman-teman dari Jawa macam Solo, Brebes dan juga teman sesuku, marga Silaban. Anda pernah menikmati nada dan logat bicara orang Ambon? Tawa orang Ambon yang lepas? Bagaimana menurutmu Kawan?... Mau saya katakan renyah kayaknya kurang tepat, saya sedang mencari-cari istilah yang tepat untuk melabelinya.... Bantu saya kawan.... :D

Salah satu kegiatan lainnya adalah melemparkan piring kertas ke teman yang lain setelah menulisinya dengan kata-kata yang ingin kita bagikan kemudian kita tanda-tangani tanpa nama atau identitas lainnya. Awalnya saya berniat melemparkannya ke teman yang penempatannya ke Merauke dan sekitarnya, eh malah "nyasar" ke teman yang dari Brebes penempatan ke (akh, lupa...!). Mungkin begitulah sang semesta bekerja. Panitia mempersilahkan beberapa peserta yang mau membacakan kata-kata yang didapatnya. Diapun tergerak untuk membacakan kata-kata tulisan saya itu. Merasa bersyukur telah membagikan "Rasa Cinta Tanah Air, dari Sabang sampai Merauke". Anonim. Tak mengapa, karena yang penting itu adalah Rasa Cinta Tanah Air nya "terpanggil" lagi. Dan Rasa Cinta Tanah Air di diri saya, menggeliat lagi....

@banditperantau bobok duyu, besok ada olahraga jam 5.10 (pagi), semoga kawan berhasil menemukan unsur "bukan kebetulannya" di postingan ini.
Makassar, Diklat Hari Pertama, Motivasi, 22 April 2013....

0 comments: