Padi Cinta

30 January 2012
Seringkali orang mengibaratkan cinta itu pada sesuatu yang hidup atau yang menghidupkan, pada sesuatu yang menyala atau yang menyalakan....

Ketika pulang kampung tahun Desember 2009, dua tahun yang lalu, saya sempat ikut Ibu saya ke sawah. Menemani beliau memupuk padi di sawah. Dan saat itu saya sempat mengabadikannya dalam sebuah foto.

Foto 1: Emak Bandit

Foto-foto lainnya ada disini dan disini.

Nah, pada kepulangan saya ke kampung Desember 2011 barusan, saya tidak sempat memoto-moto, atau lebih tepatnya tidak terlalu mood memoto ke sawah. Saya lebih menikmati membantu Ibu saya di sawah sembari ngobrol banyak hal tentang hidup, keluarga, Tuhan dan masalah-masalah seputar kampung.

Dikampung kami, panen cuma terjadi sekali dalam setahun. Bulan Agustus - September itu masanya mencangkul sekalian menyemaikan padi, kemudian sekitar sekitar November awal "mangganggangi" atau meratakan tanah-tanah di sawah yang sudah selesai dicangkul, kemudian akhir-akhir November hingga minggu ke tiga Desember (relatif) barulah mulai "marsuan", menanam padinya. Kemudian "manambu" atau memupuk. Minggu kedua Januari tahun berikutnya mulai "marbabo" menyiangi rumput-rumput yang ikutan tumbuh, sekitar Maret - April memupuk lagi, kemudian panen sekitar akhir Juni hingga Juli, relatif juga tentunya. Sekitar Juli hingga Agustus atau sebelum memulai mengolah sawah lagi, kebanyakan orang-orang dikampung "pindah ngantor" ke kebun atau ke ladang... Kira-kira begitulah siklusnya dari dulu...

Saya pulang kampung tanggal 9 Desember 2011 kemarin, jadi masih masa-masanya "marsuan". Sebagai pemuda tampan, baik hati dan berbakti pada orang tua (*Uhuk7x), tentunya saya masih ikut ke sawah. Ikut marsuan, membantu memupuk, saya bagian menutupi aliran air di pematang sawah, dan si Emak bagian menaburkan pupuk. Di kesempatan lain adik saya ikut juga ke sawah. Banyak canda tawa yang terjadi. You know lah, ceplas-ceplosnya saya kadang bisa berakibat fatal dan menimbulkan gelak tawa yang tiba-tiba. Seperti cerita tentang Guru SMP kami tentang Pertanian dan Geografi, dulu beliau menyemangati kami agak ekstrim untuk menemukan alat pengolah tanah yang mutakhir. Mengolahnya tidak pake cangkul kecil lagi, tapi mengikat 5 cangkul sebesar tampi (anduri, sekitar 80 centian persegi, bahasa Batak) sekaligus, jadi sekali mencangkul tidak hanya 25-30 centi, tapi satu petak sekalian. Tentang cerita waktu dulu kami dijanjikan "15 tusuk kambang loyang (kembang goyang) jika berhasil mengalahkan si Emak yang marsuan 15an baris dan saya 4 baris... :D. Dan juga cerita tentang cinta-cintaan, tentang si Ross... Mengesemesesnya, bahwa di tengah sawah sekalipun aku cinta dia... *jrengg jrengg jrengg...

Entah karena teringat si Ross, atau karena pikiran tidak terbagi untuk memoto-moto, saya berpikir (sembari melegakan pinggang yang pegal karena menunduk selama marsuan) bahwa sebenarnya cinta itu juga sama kayak padi ini. Cinta itu ibarat padi dan lahannya itu hati ini...

  1. "Mangombak". Mencangkul. Ini tahapan pengolahan sawah, tujuannya untuk menggemburkan tanah supaya mudah ditanami dan mudah ditumbuhi padi. Hati sebagai lahan cinta ini juga perlu diolah, menghancurkan keegoisan, kesombongan, ke-aku-an, hingga bisa ditumbuhi ke-kita-an, ditumbuhi cinta.
  2. "Maname". Menyemaikan. Sesuatu yang tumbuh itu semuanya berasal dari benih. padi sebelum ditanam ke lahan yang diolah tadi perlu disemaikan dulu, butuh perawatan khusus hingga mampu menghasilkan tanaman padi yang bermutu. Cinta juga butuh "perawatan" khusus supaya mampu bertumbuh, tidak dicuri atau diinjak-injak orang lain. Benih padi yang disemaikan, kalau tidak dijaga bisa saja dimakan tikus, burung atau bahkan diinjaki kerbau. Tak menghasilkan apa-apa... Cinta mati sebelum tumbuh...
  3. "Mangganggangi" (ini artinya bukan mengangkangi lho ya..!), . Ini tahapan dimana kami meratakan tanah yang sudah dicangkuli. Tujuannya supaya setiap lahan menjadi rata dan sama-sama tergenang oleh air, sama-sama baik untuk ditumbuhi padi. Meskipun berlaku relatif. Cinta juga butuh lahan hati yang "rata" supaya mampu tumbuh dengan baik. Rata dari bukit0bukit keangkuhan, rata dari bukit-bukit kesombongan, egoisme dan kawan-kawan sejawatnya...
  4. "Marsuan". Menanam. Nah, setelah semai padi berumur cukup, dan lahan sudah siap ditanami, tahap selanjutnya adalah menanam padi, semacam memindahkan semai ke lahan yang lebih luas, supaya semai tersebut punya tempat untuk bertumbuh dan bertunas. Dalam cinta, buat apa menabur benih cinta kalau tidak menanamkan cinta itu diladang hati ini. Tsah... *dikeplak.
  5. "Manambu". Memupuk. Nah, pertumbuhan cinta itu perlu dipupuk dengan kepercayaan, saling pengertian, saling peduli dan kawan-kawannya.
  6. "Marbabo". Menyiangi hama atau rumput. Tujuannya supaya tanaman padi itu bisa tumbuh tanpa harus bersaing dengan rerumputan, hama atau pemeran antagonis dalam ekosistem sawah. Dalam cinta juga berlaku seperti itu, perlu menghilangkan hal-hal yang mampu menggerogoti kepercayaan, kepedulian, penerimaan atas cinta itu. Bahkan perlu "membasmi" pengaruh negatif dari pihak ketiga dalam cinta itu.
  7. Mengairi. Tanpa air yang cukup, padi akan sulit untuk bertumbuh maksimal, bahkan tak akan mampu bertumbuh. Air, semakin mengeratkan hubungan padi dan tanah. Airlah yang membantu melarutkan pupuk hingga menjadi bentuk yang mampu diserap oleh padi. Seperti dalam cinta, ada hal-hal yang perlu dimiliki untuk menjaga cinta itu semakin kuat, semakin erat dan semakin harmonis. Bisa berbentuk banyak hal, seperti ini, ini, dan ini.... (nah lho?)
  8. Memupuk. Dan dikampung kami setidaknya kami dua kali memupuk sawah mulai dari marsuan hingga panen. Dan pupuknya tak selalu sama. Mungkin ada ditujukan untuk pertumbuhan, ada untuk perkembangan dan ada untuk pembuahan. Dalam cinta, mestinya setiap waktu adalah saat-saat yang tepat untuk memupuk cinta, candaan, keseriusan, kebersamaan, ketidakbersamaan, dan semualah... Untuk pertumbuhan cinta itu, (katanya) menuju ke kedewasaan cinta... Blah...
  9. Memanen. Yang dipanen adalah apa dan bagaimana hal-hal sebelum memanen itu dilakukan. Dalam cinta, apa ya yang dipanen?
Mungkin itu dari siklus dari mengolah sawah hingga panen.

Sebenarnya masih banyak hal-hal yang bisa terjadi disawah. Hujan deras yang bisa menyebabkan tanaman padi terbawa arus, atau pupuknya terbawa arus, bisa saja hujan deras merusak pematang sawah, bisa saja kekeringan dan banyak hal. Sama dalam menjaga pertumbuhan cinta, banyak hal yang bisa terjadi. Kalaupun terjadi hal-hal buruk, setahu saya bukan cinta itu yang salah. Bisa saja kita mencintai orang yang salah, bisa saja dicintai orang yang salah, bisa saja salah dalam mencintai seseorang, namun mestinya bukan cinta itu yang patut dipersalahkan...




4 comments:

mak beL said...

Wuaaah om bandit emng ga kelawan klo jabarin cinta...dari kayu bakar sampai sawah, apa aje bisa...

Mmh, nama boleh BANDIT tapi cinta selalu terjangkit...*hahaha...sekian pantun katroku buat om bandit

Keep in love !!!

frensiska said...

kamu emang udah kebelet kawin nampaknya, ron..
segerakanlah..hahaha..

-'moRis- said...

hhahhahahahhahhha
bisanya ngakak doank ;p

bandit™perantau said...

Ito Bella Sirait: hehehe... Mauliate pantunna...


Ryna: Udah Dek... ayo kita rayakan...! :D

Bere Moris: hehehe