Petualangan 7 Curug: Memberi Makan Kera di Curug Nangka

28 September 2011
Pagi, Rabu 31 Agustus 2011, di salah satu villa di sekitaran kawasan wisata Curug Cilember.

Meskipun tidur beralaskan kenyamanan, berselimutkan dan berjaketkan kehangatan, namun tetep saja dingin menggigil memaksa kami untuk menggetar-getarkan tubuh.... Grrrrr... Grrrr... Sesekali meregang-rentangkan otot. Bahasa kerennya mulet-mulet...

Beralarmkan lagu-lagu rohani yang berkumandang dari villa-villa entah darimana, sayapun terbangun sekitar setengah 6, dan tidur lagi... :D. Kalau saja hari itu kami tidak sedang dalam petualangan, tidur seharianpun rasanya bakal nikmat. Namun demi kenikmatan Petualangan 7 Curug kali ini, kehangatan selimut harus kami korbankan. Seperti biasa, saya kemudian berdoa dulu sebelum memulai aktivitas hari itu, kemudian sikat gigi dan membangunkan Lae Rendra yang tentu saja dia juga merasa berat melepas kehangatan selimut itu... :D

Foto 1: Kasur empuk yang harus ditinggalkan... :D

Namun tentu dia beranjak juga. Untungnya. Kalau tidak bisa-bisa saya siram.. *bercanda. Kamipun membereskan peralatan masing-masing, menyusunnya kembali ke dalam ransel kami semuat dan sesimple mungkin, supaya nanti jalan kakinya tidak terlalu ribet.

Jalan kaki? Iya, kami sudah berniat jalan kaki dari Cilember ke Jalan raya Bogor.. Selain karena masih pagi, kami merasa badan ini butuh sedikit pemanasan. Toh hari masih pagi. Dan ini menyehatkan. Kamipun beranjak meninggalkan villa tempat kami menginap setelah berpamitan dengan kakek penjaga villa. Senang rasanya malam kami tidak diwarnai horor-horor seperti di tipi-tipi.. :D. I feel happy, there is a dance in my steps and smile in my voices. I'm happy..!

Foto 2: Kami kemarin tidak masuk dari sini, pulangnya saja lewat sini

Saya kemudian sesekali membuka petunjuk petualangan kami, yang sudah semakin mirip kayak tulisan-tulisan dari jaman kuno karena basah ketika kehujanan menuruni Cilember. Memastikan tujuan kami adalah Jalan Raya Bogor. Sesekali bertanya tentang jalan kepada tukang ojek yang untungnya mau berhenti untuk melayani pertanyaan kami. Pemandangan jalanan sudah beragam, sesekali rumah-rumah penduduk, sesekali sawah, sesekali rumah-rumah (yang bagi saya) mewah.

Foto 3: Saya selalu suka foto berlatarkan sawah,
ada hubungan yang erat antara saya, ibu saya, bapak saya dan sawah... :D

Kami terus memacu, dan Puji Tuhan sampai juga di Jalan Raya Bogor. Setelah bertanya kepada orang bagaimana rute ke Curug Nangka, ternyata kami harus menyeberang jalan. Dan kami kemudian naik angkot 2 kali menuju Ramayana, BTM. Setelah mondar-mandir sebentar untuk mencari sarapan, kami memutuskan untuk menuju lokasi Curug dulu baru mencari sarapan. Dan tidak berapa lama angkot yang harus kami tumpangipun tiba dan berangkat secara ngetem tidak lama. Ternyata agak jauh juga perjalanannya, terasa jadi lebih jauh karena macet agak lama. Sinar mentari yang terik memanasi suasana di angkot yang tentu saja membuat keringat kami mengucur. Aroma sedapnya menambah nikmat petualangan. Namun lapar mulai agak menyerang... Akh...

Cepat atau lambat perjalanan selalu akan berakhir, tiba di lokasi kami kemudian naik ojeg lagi menuju lokasi curug lagi. Rp 5000, untuk kami berdua dan 1 motor. :D Ternyata tidak seberap jauh kawan-kawan, sehingga nantinya kami memutuskan untuk jalan kaki saja pulangnya. Sekitar jam 9 an kami tiba disana dan pengunjung masih belum banyak, masih sedikit parkiran yang diisi sepeda motor. Kamipun menuju salah satu warung yang di daftar menunya ada nasi goreng. Sarapan nasi goreng, biar lemaknya banyak, katanya lemak itu sumber energi yang bagus juga, karena pembakarannya di dalam tubuh agak lambat, jadinya nanti pasti tahan lebih lama. #banditiah... :D Sambil menunggu makanan kami diolah, Lae Rendra rebahan di lesehan warung, saya kemudian menjemur satu kaos, topi dan petunjuk-petunjuk petualangan kami. Semalam belum kering benar. Sembari makan, salah satu penjaga warung yang nyambi sebagai tukang parkir di lokasi curug tersebut keluar dari warungnya, mengatakan sesuatu yang dari logat dan intonasi suaranya dia orang Batak. Tapi tidak saya tindak lanjuti.... :D.

Foto 4: Pintu masuk Kawasan Wisata Curug Nangka

Setelah sarapan kami kemudian melangkah memasuki jalanan yang sudah lumayan baik ditata menuju lokasi air terjun. Disekitar para pedagang setempat sudah mulai membuka usahanya, sebagian masih membawa barang-barang dagangannya yang kebanyakan makanan dan minuman menuju tempat berjualannya. Beberapa pengunjung juga mulai bertambah dan bertambah. Sehabis mengisi perut tadi pastinya ada harga yang harus dibayar, saya dan Rendra kemudian bergantian memanfaatkan toilet (gratis dan bersih). Kemudian melanjutkan perjalanan naik yang tidak membosankan dengan adanya pemandangan segar dari pepohonan lebat. Meski ibu penjaga warung tadi bilang curug ini dinamakan Curug Nangka adalah karena "DULU" banyak pohon nangka di tempat tersebut, namun saya tidak banyak menemukan pohon nangka, hanya yang kecil-kecil. Apalagi buahnya. Mudah-mudahan saat saya kesini nanti bersama kekasih saya buahnya sudah banyak... :D. Membaca postingan saya yang dulu ini, anda pasti tahu alasannya.

Di kawasan ini ada juga tempat-tempat untuk camping. Silahkan dimanfaatkan kalau berminat. Kami akhirnya tiba juga di air terjunnya. Tentu kami menikmatinya karena air yang jatuh tidak seberapa besar, jadi bisa memasrahkan tubuh ini untuk dipijet oleh air yang jautuh. Enak. :D. Hati-hati, siapa tahu ada kera iseng dari atas air terjun melemparkan sesuatu. :D

Foto 5: Curug Nangka

Foto 6: Pria ini sedang keranjingan dengan air jernih dan bersih.
Kelamaan mandi pake "air jeruk" di Tangerang... :D

Foto 7: Sesekali dia menelan air terjunnya lho... :D

Sehabis menikmati air terjun ini kamipun berjalan pulang. Dan "bertemu" dengan kera-kera. Lae Rendra ingin punya pengalaman memberi makan kera dengan tangannya. Dan jadilah kami memberi makan kera-kera itu sembari menikmati beberapa ulah lucunya, "jika beruntung" ada juga adegan porno nya... Kemarin kami sempat tertawa-tawa dibuatnya, sayang tidak terabadikan, takut pornograpi gan... :P

Foto 8: Ini namanya Kera. Setahu saya itu,
entah nama ilmiahnya apa..


Foto 8: Ini kera sayang banget sama anaknya ya..!

Dan sebenarnya ada lagi air terjun di tempat ini yang cukup bagus, dibagian bawah, namun karena kebanyakan pengunjung menikmati curug yang diatasnya, sampah agak menumpuk ditempat ini. Dan juga jalan menuju ke curug ini belum dibuat dan agak curam juga. Namun sebenarnya kesannya lebih menantang. Ada larangan untuk menuruninya, jadi kami tidak turun kesana.

Foto 9: Curug yang ada dibagian bawah...

"Agak"puas menikmati kawasan curug ini kami kemudian duduk-duduk sebentar sebelum memutuskan melanjutkan perjalanan.

Foto 10: Duduk-duduk itu adalah bagian
dari petualangan sadaura-saudara... :D


Dan mendekati pintu keluar, saya bertemu dengan bapak yang saya duga orang Batak tadi. Gambling saya memastikannya...
"Butuh ojeg gak..?!" tanya bapak itu setelah saling melempar senyum dan beliau tahu kami mau pulang meninggalkan curug.
"Dang pola, Tulang...!" --- Gak usah, Tulang... jawab saya pelan.
"Oh, dang pola... tole ma..!" sahut Tulang itu yang kemudian meyakinkan saya kalau beliau benar orang Batak juga... *senang merasa insting mengenal orang Batak saya masih bagus... :D
"Olo Tulang, Mauliate tulang...!" ---Iya Tulang, Terimakasih Tulang...

Kesalahan saya: tidak meluangkan waktu sebentar untuk sekedar berkenalan menanyakan marga.


Foto 11: Pulang or next destination is...

Lima Air Terjun sudah kami kunjungi. Seperti biasa, saya dan Lae Rendra kemudian toss... Dan tentunya perjalanan belum berakhir... :D


2 comments:

Asop said...

Curug-curug-nya itu lho, indah-indah dan bagus semua.... *terpesona* :)

obat hepatitis said...

indahnya